Rubella

>> Sunday, February 7, 2010

Virus penyebab rubela atau campak Jerman ini bekerja dengan aktif khususnya selama masa hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati, kelainan pada janin, dan aborsi terapeutik, yang terjadi jika infeksi rubela ini muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Apabila seorang wanita terinfeksi rubela selama trimester pertama, ia memiliki kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS, Congenital Rubella Syndrome). Angka tersebut akan meningkat menjadi 85%, jika ibu terinfeksi rubela pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Kelainan CRS yang paling sering muncul adalah katarak, kelainan jantung, dan tuli. Kemungkinan lainnya adalah glaukoma, mikrosefalus, dan kelainan lain, termasuk kelainan pada mata, telinga, jantung, otak, dan sistem saraf pusat. Janin dengan CRS sering kali mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan pascanatal. Infeksi rubela yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu jarang menyebabkan kelainan.

Infeksi rubela hampir dapat ditemukan di setiap tempat, tetapi akhir-akhir ini jarang ditemukan di AS. Sejak upaya imunisasi pada masa kanak-kanak diwajibkan dan surveilens imunitas pada populasi berisiko tinggi diting¬katkan, jumlah kasus CRS menurun. Imunisasi menjangkau hampir semua wilayah Amerika Serikat, tetapi tidak demikian di negara-negara lain. Akibatnya, upaya pem¬basmian tidak mudah dilakukan. Perhatian terhadap kelompok berisiko tinggi serta pemberian vaksin yang berkelanjutan bagi anak-anak, remaja, dan mereka yang diketahui belum mendapat imunisasi merupakan upaya perlindungan yang memadai.

Kebanyakan kasus rubella di AS dialami oleh dewasa muda kelompok Hispanik yang lahir di luar AS, dan kebanyakan bayi dengan CRS lahir dari ibu yang bukan orang asli AS. Pemeriksaan kekebalan tubuh pada wanita usia subur, khususnya mereka yang berisiko tinggi terpajan rubela, akan membantu pencegahan CRS.

Tempat-tempat dengan risiko pajanan dan penularan penyakit harus memiliki dua komponen program perawatan kesehatan, yakni memastikan status kekebalan wanita usia subur terhadap rubela dan ketersediaan vaksin rubela. Tempat tersebut antara lain: fasilitas rawat satu hari, sekolah, kampus, penjara, dan pemukiman padat lain.

ACIP telah merekomendasikan supaya vaksin MMR diberikan kepada semua wanita usia subur (misal, remaja puteri dan wanita premenopause) _yang diketahui tidak mempunyai kekebalan terhadap kuman rubela. Upaya harus digalakkan guna memastikan bahwa semua wanita usia subur yang reRata Penuhntan, khususnya mereka yang dibesarkan di wilayah yang tidak memungkinkan pemberian vaksin rubela, dapat divaksinasi dengan MMR atau dapat menunjukkan bukti bahwa mereka sudah diimunisasi.

Penapisan Dalam Kehamilan
Pemeriksaan titer antibodi rubela (penghambatan hema¬glutinasi) harus dilakukan secara rutiri sebagai bagian pemeriksaan antepartum awal. Titer antibodi 1:10 atau lebih menunjukkan adanya kekebalan. Sedangkan titer di bawah 1:10 bermakna sebaliknya, dan bidan harus mencatatnya pada rekam medis wanita tersebut serta membuat jadwal pemberian imunisasi setelah ia melahirkan. Titer antibodi yang tinggi, 1:64 atau lebih, menunjukkan adanya penyakit karena ketika begitu terjadi infeksi, segera muncul respons antibodi. Pada situasi ini, bidan harus mencari tanda dan gejala penyakit, memprogramkan serangkeian pemeriksaan titer antibodi, lalu melakukan konsul dengan dokter.

Pemberian vaksin rubela selama kehamilan pada wanita yang tidak kebal tidak direkomendasikan sebab vaksin adalah suatu virus hidup yang telah dilemahkan, yang secara teoretis dapat menyebabkan malformasi janin. Wanita yang tidak mengetahui bahwa mereka hamil dan menerima vaksin rubela dapat diberi penjelasan bahwa tidak akan timbul efek teratogenik akibat pemberian vaksin.

Untuk menghindari risiko, sangat bijaksana jika bidan menawarkan vaksin rubela kepada wanita yang tidak kebal terhadap rubela pada awal pascapartum. Apabila bukan pada periode pascapartum, tanyakan apakah ia hamil, jelaskan risiko yang berpotensi muncul, dan sarankan menunda kehamilannya selama satu bulan setelah mene¬rima vaksin. Jelaskan pula bahwa menyusui bukan kontraindikasi terhadap pemberian vaksin.

Diagnosis
Tanda dan gejala klinik rubela adalah sebagai berikut:
  1. Demam dengan suhu tubuh tidak terlalu tinggi
  2. Mengantuk
  3. Luka tenggorok
  4. Ruam-berwarna merah terang atau pucat pada hari pertama atau kedua, menyebar dengan cepat dari wajah ke seluruh tubuh, dan menghilang dengan cepat pula.
  5. Pembengkakan kelenjar leher
  6. Durasinya 3 sampai 5 hari.
Penetapan diagnosis rubela agak sulit karena gejalanya bersifat subklinis sehingga kendati janin sudah terinfeksi, pada pemeriksaan klinis tidak muncul tanda atau gejala pada ibu. Apabila ibu menyadari bahwa ia telah terpajan rubela dan pada pemeriksaan laboratorium titer antibodinya di bawah 1:10 (tidak kebal), maka spesimen darah harus diambil untuk pemeriksaan serologi (IgG dan IgM) untuk selanjutnya dikonsultasikan kepada dokter. Pada situasi seperti ini, kebijakan tentang pemberian hiperimmune gamma globulin berbeda-beda.

Pencegahan
Sasaran utama program imunisasi rubela ialah mencegah CRS. Komponen utama strategi pemusnahan rubela dan CRS adalah mencapai dan mempertahankan tingkat imuni¬sasi yang tinggi pada anak-anak dan dewasa, terutama pada wanita usia subur, menyelenggarakan surveilens yang akurat untuk rubella dan CRS; dan memutus mata rantai penularannya. Strategi pencegahan ini diketahui cukup efektif sejak digunakan pada akhir tahun 1970-an di Amerika Serikat.

Pemberian vaksin pada wanita usia subur yang rentan terinfeksi rubela harus menjadi bagian rutin untuk pera¬watan medis umum dan rawatjalan ginekologi, dilakukan di semua pelayanan keluarga berencana, dan diberikan rutin sebelum ibu pulang dari rumah sakit, pusat persalinan, atau pelayanan kesehatan lain.

Perhatian juga perlu diberikan kepada wanita atau anggota keluarga yang akan mengadakan perjalanan di luar benua Amerika. Karena vaksin rubela tidak diberikan secara rutin di banyak negara, disarankan agar mereka mendapat imunisasi ini dulu sebelum berangkat. Wanita hamil yang diketahui tidak mempunyai sistem kekebalan terhadap rubela disarankan menunda perjalanan sampai setelah melahirkan

0 komentar:

Post a Comment

Blog Archive

  © Free Medical Journal powered by Blogger.com 2010

Back to TOP