Varises Vagina Saat Hamil

>> Saturday, February 27, 2010



Pada ibu hamil, varises tak hanya menyerang bagian kaki tapi juga vagina dan anus. Jika tidak diwaspadai, kondisi ini bisa menjadi berbahaya karena dapat menghambat proses persalinan secara normal atau pervaginam.

Agar lebih waspada terhadap varises sebaiknya kenali gejala dan cara menghindarinya

Apakah varises itu?
Varises adalah pembuluh darah balik di bawah kulit atau selaput lendir (mukosa) yang melebar dan berkelok atau melingkar akibat kelainan katup dalam pembuluh darah tersebut. Biasanya varises terjadi pada tangan dan kaki, namun pada beberapa orang dapat terjadi di tempat-tempat lain seperti pada lambung, rektum (usus besar dekat anus), vagina, skrotum, dan vulva (bibir kemaluan). Gatal-gatal atau perubahan warna kulit menjadi kebiruan adalah ciri-ciri varises yang paling mudah dikenali.

Gejala varises vagina

  • Biasanya si ibu atau dokter mendeteksi dengan cara meraba vagina, jika terasa ada tonjolan maka bisa dipastikan ibu hamil mengalai varises vagina.
  • Ibu hamil mengeluh cepat lelah dan pucat.

Mengapa ibu hamil mengalaminya?
Sekitar 20-30% ibu hamil mengalami varises. Umumnya varises terjadi di daerah panggul dan anggota gerak bagian bawah. Hal ini karena pembuluh-pembuluh darah di daerah inilah yang berhubungan erat dengan rahim. Selain itu, kehamilan menyebabkan perempuan mengalami perubahan hormonal, terutama peningkatan hormon progesteron. Nah, perubahan hormonal inilah yang membuat elastisitas dinding pembuluh darah makin bertambah, sehingga dinding pembuluh darah (baik arteri maupun vena) makin lentur. Akibatnya, pembuluh darah jadi tambah besar dan melebar.

Pelebaran pembuluh darah ini perlu untuk memenuhi kebutuhan janin, agar aliran darah dan volume darah yang memang makin meningkat pada wanita hamil dapat tersuplai dengan baik, hingga pertumbuhan janin pun berlangsung normal.

Faktor risiko
Ada banyak faktor risiko (bukan penyebab) yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya varises selama kehamilan yaitu faktor keturunan, kegemukan (obesitas), sikap tubuh yang salah misalnya terlalu lama duduk atau lama berdiri, penggunaan pil KB atau pengobatan dengan estrogen, pemilihan pakaian hamil yang salah, misalnya terlalu ketat. Hamil lebih dari dua kali serta kehamilan di atas usia 40 tahun.

Pengaruh pada proses persalinan
Ibu hamil yang mengalami varises vagina, masih dapat melalui persalinan normal. Namun apabila varises pada vagina yang diderita cukup berat, biasanya dokter menyarankan tindakan operasi sesar untuk meminimalisasikan risiko pecahnya dinding pembuluh darah akibat trauma/laserasi jalan pada saat bayi lahir. Varises vagina jika lambat terdekteksi dapat mengakibatkan perdarahan yang menyebabkan kematian si ibu.

Tindakan pencegahan
Hingga saat ini belum ada alat khusus untuk mencegah varises vagina pada ibu hamil. Namun bila ibu hamil rajin mengangkat kaki dengan cara menaruhnya di atas bantal kala tidur-tiduran atau membaca buku, sedikit banyak bisa membantu melancarkan aliran darah. Cara ini terbukti dapat mengurangi beban yang harus ditopang kaki. Hindari penggunaan sepatu, sebaiknya dengan hak maksimal 2 cm agar aliran darah tak terhambat. Kemudian saat tidur, usahakan jangan berbaring hanya dalam satu posisi untuk menghindari tekanan pada pembuluh darah di satu tempat.

conectique.com


READ MORE - Varises Vagina Saat Hamil

Read more...

Penyebab Lahir Sunsang


Jika kondisi ini terjadi pada kehamilan Anda, maka jangan buru-buru panik. Asalkan usia kandungan masih di bawah 32 minggu maka si kecil dalam perut masih bisa dikembalikan pada posisi normal kok.

Posisi sungsang, posisi janin memanjang dengan kepala di bagian atas rahim dan bokongnya ada di bagian bawah, tergolong sebagai kelainan letak janin. Kondisi ini biasanya sudah terdekteksi saat kehamilan memasuki trimester kedua. Biasanya Anda akan merasakan kandungan terasa penuh di bagian atas dengan gerakan janin terasa lebih banyak di bagian bawah.

Mengapa bisa sungsang?

  1. Bobot janin relatif rendah. Hal ini mengakibatkan janin bebas bergerak. Ketika menginjak usia 28-34 minggu kehamilan, berat janin makin membesar, sehingga tidak bebas lagi bergerak. Pada usia tersebut, umumnya janin sudah menetap pada satu posisi. Kalau posisinya salah, maka disebut sungsang.
  2. Rahim yang sangat elastis. Hal ini biasanya terjadi karena ibu telah melahirkan beberapa anak sebelumnya, sehingga rahim sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.
  3. Hamil kembar. Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.
  4. Hidramnion (kembar air). Volume air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga.
  5. Hidrosefalus. Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim.
  6. Plasenta previa. Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim. Akibatnya, janin berusaha mencari tempat yang lebih luas yakni di bagian atas rahim.
  7. Panggul sempit. Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang.
  8. Kelainan bawaan. Jika bagian bawah rahim lebih besar daripada bagian atasnya, maka janin cenderung mengubah posisinya menjadi sungsang.

Bagaimana cara mendeteksi sungsang?

  1. Melakukan perabaan perut bagian luar. Cara ini dilakukan oleh dokter atau bidan. Janin akan diduga sungsang bila bagian yang paling keras dan besar berada di kutub atas perut. Perlu diketahui bahwa kepala merupakan bagian terbesar dan terkeras dari janin.
  2. Melalui pemeriksaan bagian dalam menggunakan jari. Cara ini pun hanya bisa dilakukan oleh dokter atau bidan. Bila di bagian panggul ibu lunak dan bagian atas keras, berarti bayinya sungsang.
  3. Cara lain adalah dengan ultrasonografi (USG).

Tindakan apa yang harus dilakukan?
Selain upaya yang dilakukan dokter, maka Andapun bisa mengupayakan sendiri agar janin kembali ke posisi semula.

  1. Anda dianjurkan untuk melakukan posisi bersujud (knee chest position), dengan posisi perut seakan-akan menggantung ke bawah. Cara ini harus rutin dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali, misalnya pagi dan sore. Masing-masing selama 10 menit. Bila posisi ini dilakukan dengan baik dan teratur, kemungkinan besar bayi yang sungsang dapat kembali ke posisi normal. Kemungkinan janin akan kembali ke posisi normal, berkisar sekitar 92 persen. Dan posisi bersujud ini tidak berbahaya karena secara alamiah memberi ruangan pada bayi untuk berputar kembali ke posisi normal.
  2. Usaha lain yang dapat dilakukan oleh dokter adalah mengubah letak janin sungsang menjadi normal dengan cara externalcephalic versin/ECV. Metode ini adalah mengubah posisi janin dari luar tubuh sang ibu. Cara ini dilakukan saat kandungan mulai memasuki usia 34 minggu. Sayangnya, cara ini menimbulkan rasa sakit bahkan kematian janin, akibat kekurangan suplai oksigen ke otaknya.

Apa yang terjadi saat persalinan?
Posisi janin sungsang tentunya dapat memengaruhi proses persalinan. Proses persalinan yang salah, jelas menimbulkan risiko, seperti janin mengalami pundak patah atau saraf di bagian pundak tertarik (akibat salah posisi saat menarik bagian tangannya ke luar), perdarahan otak (akibat kepalanya terjepit dalam waktu yang lama), patah paha (akibat salah saat menarik paha ke luar), dan lain-lain. Untuk itu biasanya dokter menggunakan partograf, alat untuk memantau kemajuan persalinan. Jika persalinan dinilai berjalan lambat, maka harus segera dilakukan operasi bedah sesar.

sumber: conectique.com

READ MORE - Penyebab Lahir Sunsang

Read more...

Apa itu Hormon?

Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami. Begitu dikeluakan, hormon akan dialirkan oleh dara menuju berbagai jaringan sel dan menimbulkan efek tertentu sesuai dengan fungsinya masing-masing. Contoh efek hormon pada tubuh manusia:

1. Perubahan Fisik yang ditandai dengan tumbuhnya rambut di daerah tertentu dan bentuk tubuh yang khas pada pria dan wanita (payudara membesar, lekuk tubuh feminin pada wanita dan bentuk tubuh maskulin pada pria).

2. Perubahan Psikologis: Perilaku feminin dan maskulin, sensivitas, mood/suasana hati.

3. Perubahan Sistem Reproduksi: Pematangan organ reproduksi, produksi organ seksual (estrogen oleh ovarium dan testosteron oleh testis).

Di balik fungsinya yang mengagumkan, hormon kadang jadi biang keladi berbagai masalah. Misalnya siklus haid yang tidak teratur atau jerawat yang tumbuh membabi buta di wajah. Hormon pula yang kadang membuat kita senang atau malah sedih tanpa sebab. Semua orang pasti pernah mengalami hal ini, terutama saat pubertas.Yang pasti, setiap hormon memiliki fungsi yang sangat spesifik pada masing-masing sel sasarannya. Tak heran, satu macam hormon bisa memiliki aksi yang berbeda-beda sesuai sel yang menerimanya saat dialirkan oleh darah.

Pada dasarnya hormon bisa dibagi menurut komposisi kandungannya yang berbeda-beda sebagai berikut:

· Hormon yang mengandung asam amino (epinefrin, norepinefrin, tiroksin dan triodtironin).

· Hormon yang mengandung lipid (testosteron, progesteron, estrogen, aldosteron, dan kortisol).

· Hormon yang mengandung protein (insulin, prolaktin, vasopresin, oksitosin, hormon pertumbuhan (growth hormone), FSH, LH, TSH).

Hormon-hormon ini bisa dibuat secara sintetis. Di antaranya adalah hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron yang dibuat dalam bentuk pil. Pil ini merupakan bentuk utama kontrasepsi yang digunakan wanita seluruh dunia untuk memudahkan mereka menentukan saat yang tepat: kapan harus mempunyai anak dan jarak usia tiap anak.

HORMON WANITA

Hormon wanita terutama dibentuk di ovarium (hormon pria dibentuk di testis). Baik pria maupun wanita, pada dasarnya memiliki jenis hormon yang relatif sama. Hanya kadarnya yang berbeda. Hormon seksual wanita antara lain progesteron dan estrogen. Hormon seksual pria antara lain androstenidion dan testosteron (androgen). Pada wanita, hormon seksual kewanitaannya lebih banyak ketimbang pria. Begitu pula sebaliknya.

ESTROGEN

Estrogen merupakan bentukan dari androstenidion (hormon seksual pria yang utama) yang dihasilkan ovarium. Selain androstenidion, ovarium juga mengeluarkan testosteron dan dehidroepiandrosteron, tapi dalam jumlah yang sedikit.

HORMON PROGESTERON.
Hormon ini merupakan bentukan dari pregnenolon yang dihasilkan oleh kelenjar dan berasal dari kolesterol darah.

TESTOSTERON dan DEHIDROEPIANDROSTERON.
Hormon ini yang juga diproduksi oleh ovarium tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit. Hormon ini dibutuhkan oleh wanita karena berhubungan dengan daya tahan tubuh dan libido (gairah seksual).
READ MORE - Apa itu Hormon?

Read more...

KONSEP DASAR MANUSIA

Manusia sebagai mahluk holistic
Holistik berarti keseluruhan / utuh: -PSYCHOLOGIC
-SPIRITUAL
-BIOLOGIC -SOCIOLOGIC


A MODEL OF THE COMPONENTS OF THE HOLISTIC PERSON

A.BIOLOGIC
Manusia merupakan suatu susunan system organ tubuh
Mempunyai kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya
Tidak terlepas dari hukum alam dilahirkan berkembang à mati

B.PSIKOLOGIK
Manusia mempunyai struktur kepribadian
Tingkah laku sebagai manifestasi dari kejiwaan
Mempunyai daya fikir dan kecerdasan
Mempunyai kebutuhan psikologi agar pribadi dapat berkembang

C.SOSIAL
Manusia perlu hidup bersama orang lain dan saling kerja sama untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya
Dipengaruhi oleh kebudayaan
Dipengaruhi dan beradaptasi dengan lingkungan social
Dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan dan norma yang ada

D.SPIRITUAL
Mempunyai keyakinan / mengaku adanya Tuhan
Memiliki pandangan hidup , dorongan hidup yang sejalan dengan sifat religius yang dianutnya
Teori Holistik :Seluruh organisme hidup saling berinteraksi

Adanya gangguan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain

Jika mempelajari satu bagian dari manusia harus mempertimbangkan bagaimana bagian tersebut berhubungan dengan bagian yang lain

PERAWAT

Harus mempertimbangkan interaksi individu dengan lingkungan eksternal
Manusia sebagai system

Sistem terdiri dari :
A.Unsur - unsur { kompenen , elemen ,sub system }
B.Batasan
C.Tujuan

Manusia sebagai system terbuka yang terdiri dari berbagai sub system yang saling berhubungan secara terintegrasi untuk menjadi satu total system

Komponen Biologik à anatomi tubuh
Komponen Psikologik à kejiwaan
Komponen Spiritual à Kepercayaan agama
Komponen Sosial à lingkungan

Manusia sebagai system adaptif

Adaptasi à Proses perubahan yang menyertai individu dalam berespon terhadap perubahan lingkungan mempengaruhi integritas atau keutuhan
Lingkungan : seluruh kondisi keadaan sekitar yang mempengaruhi perkembangan organisme atau kelompok organisme

4 Tingkatan dan respon fisiologik untuk memudahkan adaptasi
a.Respon takut { mekanisme bertarung }
b.Respon inflamasi
c.Respon stress dan respon sensori
Roy { 1976 } à Prilaku adaptif merupakan perilaku individu secara utuh Beradaptasi dan menangani rangsang lingkungan

Manusia sebagai system personal, interpersonal dan social

King { 1976 } : 3 dinamik system interaksi dalam konsep manusia
1.Individu { system personal } 2.Keluarga { system interpersonal } 3.Masyarakat { Sistem social }


Perawat harus mengerti tentang
ngerti tentang ngerti tentang Konsep :
Konsep : Konsep - organisasi
Self - interaksi - power
Persepsi - peran - otoritas
tumbuh - komunikasi - pengambilan keputusan
kembang

Kebutuhan dasar manusia

King : Perubahan energi didalam maupun diluar organisme yang ditujukan melalui respon perilaku terhadap situasi kejadian dan orang

Roy : Kebutuhan individu yang menstimulasi respon untuk mempertahankan integritas

Abraham Maslow { 1970 } mengembangkan teori KDM :
Hirarki kebutuhan manusia

Kebutuhan pada satu tingkat harus terpenuhi sebelum beralih ke tingkat berikutnya

5 Kategori kebutuhan dasar manusia menurut Maslow :
1.Kebutuhan fisiologis { Physiologic needs }
2.Kebutuhan rasa aman dan perlindungan { safety and security needs }
3.Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki { love and belonging needs }
4.Kebutuhan harga diri { self-esteem needs }
5.Kebutuhan perwujudan diri { need for self actualization }

5 Kategori kebutuhan manusia

Self actualization
Self esteem
Love a belonging
Safety and security
Physiologic


Dr Abraham Maslow

1.Kebutuhan Fisiologis
-Oksigen dan pertukaran gas
-Cairan
-Makanan
-Eliminasi
-Istirahat dan tidur
-Aktifitas
-Keseimbangan temperatur tubuh
-Sex

2.Kebutuhan rasa aman { aspek fisik dan psikologi }
-Kebutuhan akan perlindungan dari udara, dingin, panas, kecelakaan, infeksi
-Bebas dari ketakutan, kecemasan


3.Kebutuhan rasa cinta, memiliki, dan dimiliki
-Memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahahatan
-Mendapat tempat dalam keluarga dan kelompok social

4.Kebutuhan harga diri
-Perasaan tidak tergantung, kompeten, respek terhadap diri sendiri dan orang lain

5.Kebutuhan perwujudan diri
-Dapat mengenal diri dengan baik tidak emosional, punya dedikasi tinggi, kreatif, percaya diri dan sebagainya

Karakteristik kebutuhan dasar manusia :
-Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama dimana setiap kebutuhan dimodifikasi sesuai dengan kultur.
-Seseorang memenuhi kebutuhannya sesuai prioritas.
Walaupun kebutuhan umumnya harus dipenuhi, beberapa kebutuhan dapat ditunda.
Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan menghasilkan ketidakseimbangan hemeostatik yaitu sakit.
Kebutuhan dapat membuat seseorang berfikir dan bergerak untuk memenuhi rangsang internal dan eksternal.
Seseorang dapat merasakan adanya kebutuhan dapat berespon dengan berbagai cara.
Kebutuhan saling berkaitan beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi akan mempengaruhi kebutuhan lainnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan :
Penyakit
Berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan

Perawat dapat membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan pada setiap saat

Hubungan yang berarti
Keluarga, support person

Perawat dapat membina hubungan yang berarti dengan pasien
Dapat membantu pasien menyadari kebutuha mereka dan mengembangkan cara yang sehat untuk memenuhi kebutuhan

Konsep diri
Mempunyai kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dan juga kesadarannya apakah kebutuhan tepenuhi atau tidak.

Orang yang merasa dirinya baik, mudah untuk berubah, mengenal kebutuhan dan mengembangkan cara yang sehat untuk memenuhi kebutuhan.

Tahap perkembangan
A.Erikson : jika individu dapat membina hubungan intimacy, maka kebutuhan cinta dan rasa memiliki terpenuhi.
B.Maslow : kebutuhan aktualisasi dirinya utuh mempunyai karakteristik sebagai berikut :

Realistik, melihat kehidupan secara penuh dan objektif, tentang apa yang diobservasinya.
Cepat menyesuaikan diri dengan orang lain.
Mempunyai persepsi yang tinggi dan tegas.
Mempunyai dugaan yang benar terhadap sesuatu kebenaran dan kesalahan.
Sering / selalu akurat dalam memprediksi kejadaian yang akan dating.
Mengerti seni, musik, politik dan filosofi.
Rendah hati, mendengar orang lain dengan penuh perhatian.
Mempunyai dedikasi untuk bekerja sama, bertugas dari tempat kerja.
Berkreatifitas, fleksibel, spontan, berani dan sudi mengakui kesalahan.
Terbuka ide-ide baru.
Percaya diri dan menghargai diri.
Konfliks diri yang rendah, kepribadian yang interaksi.
Menghargai diri sendiri, tidak membutuhkan kemasyura, mempunyai perasaan kontrol terhadap diri sendiri.
Kemandirian tinggi, mempunyai hasrat privacy.
Dapat tampil, tidak mengecilkan diri, objektif dan tidak memihak.
Bersahabat, menyayangi dan lebih banyak menentukan dilingkungannya.
Dapat mengambil keputusan apabila ada pertentangan pendapat.
Berfokus pada masalah { problem centred } tidak berfokus pada pribadi.
Menerima dunianya apa adanya.

Kesimpulan :
Tidak semua manusia terpenuhi kebutuhan aktualisasi diri secara utuh.
Maslow tidak percaya bahwa inteligensia akan memnuhi kebutuhan aktualisasi diri.
Maslow mempelajari bahwa aktualisasi diri dihasilkan karena kematangan.

Seseorang terpenuhi aktualisasi diri akan
Mungkin tidak selalu berbahagia.
Sukses dan menyesuaikan diri dengan baik.
Pernah merasa ragu-ragu.
Merasakan kegagalan dan takut.
Mempunyai kemampuan berjanji secara positif mengenai ketakutan, kegagalan, kelemahan.

Richard Kohsh { 1977 } : mengadaptir hirarki Maslow dan membenarkan kategori kebutuhan diantara kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman mencakup sex, aktifitas, eksplorasi, manipulasi, novelty.
R. Kosh menegaskan :
Kebutuhan anak-anak untuk mengeksplorasi
Manipulasi lingkungan untuk meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan secara optimal.

Karakteristik kebutuhan dasar :
1.Semua manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama
Kebutuhan perseorang akan dimodifikasi sesuai kultur.
Persepsi terhadap kebutuhan bervariasi tergantung kemampuan belajar dan stndard kebudayaan.
2.Manusia memenuhi kebutuhan dasar mereka tergantung kepada prioritasnya.
3.Kebutuhan dasar secara umum harus dipenuhi, beberapa kebutuhan dapat ditunda.
4.Kelemahan dalam mendapatkan kebutuhan satu atau lebih dapat menimbulkan homeostasis imbalance, tidak dapat terpenuhi sakit.
5.Kebutuhan dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsangan eksternal / internal
Internal à rasa lapar à membuat seseorang berfikir tentang makanan.
Eksternal à bentuk kue yang menarik.
6.Seseorang yang merasakan kebutuhannya dapat menanggapi berbagai cara untuk mendapatkannya. Memilik respon, sebagian besar tergantung kepada pengalaman belajar, nilai, budaya.
7.Kebutuhan-kebutuhan saling berinteraksi, beberapa kebutuhan tidak terpenuhi akan mempengaruhi kebutuhan lain.

KONSEP SEHAT - SAKIT

Definisi
Sehat { WHO }
Suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan social serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.

Mengandung 3 karakteristik :
1.Mereflesikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2.Memandang sehat dalam konteks lingkungan insternal dan eksternal.
3.Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.

PRESIDENTS COMISSION ON HEALTH NEED OF NATION STATED [1953]
Sehat bukan merupakan suatu kondisi, tetapi merupakan penyesuaian, bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses.
Proses adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.

DEFINISI SEHAT [ KEPERAWATAN ]
1.Pender { 1982 }
Sehat adalah aktualisasi { perwujudan } yang diperoleh individu melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Perilaku yang sesuai dengan tujuan perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas structural.
Definisi sehat menurut Pender mencakup stabilitas dan aktualisasi.

2.Payne {1983}
Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri {self- care resources } yang menjamin tidakan untuk perawatan diri {self care actions} secara adekuat.
Self care recources mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Self care actions perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi fisik, psikososial dan spiritual.

Definisi sehat menurut perseorangan pengertian dan gambaran seseorang tentang sehat sangat bervariasi : persepsi.

Faktor yang mempengaruhi diri seseorang tentang sehat :
1. Status perkembangan
Kemampuan mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan berespon terhadap perubahan dalam kesehatan dikaitkan dengan usia.
Contoh : bayi dapat merasakan sakit, tetapi tak dapat mengungkapkan dan mengatasi.
Pengetahuan perawat tentang status perkembangan individu memudahkan untuk melaksanakan pengkajian terhadap individu dan membantu, mengantisipasi perilaku-perilaku selanjutnya.

2. Pengaruh social dan kultural
Masing-masing kultur punya pandangan yang sehat diturunkan dari orangtua à anak
Contoh : cina à sehat adalah keseimbangan antara yin dan yang.
Sosek {ekonomi rendah}, flu sesuatu yang biasa, merasa sakit.

3. Pengalaman masa lalu
Seseorang dapat mempertimbangkan adanya rasa nyeri/sakit atau disfungsi {tidakberfungsi} keadaan normal karena pengalaman sebelumnya. Membantu menentukan definisi seorang tentang sehat.

4. Harapan seseorang tentang dirinya
Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi baik fisik maupun psikososialnya jika mereka sehat.

Faktor lain yang berhubungan dengan diri
Bagaimana individu menerima dirinya dengan baik/secara utuh.
Self esteem.
Body image.
Kebutuhan.
Peran.
Dan kemampuan.
Jika ada ancaman : anxiety {cemas} :
Dengan mengerti persepsi tentang sehat dan sakit.
Perawat dapat memberi bantuan yang berarti pada individu untuk mencapai keadaan sehat.

Definisi sakit
Yaitu definisi/penyimpangan dari status sehat.

1.Person {1972}
Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai system biologis dan penyesuaian sosialnya.

2.Bauman {1965}
Seseorang menggunakan 3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit.
Adanya gejala : naiknya temperatur, nyeri
Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
Kemampuan untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari, bekerja, sekolah

Penyakit adalah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas.

Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit

Pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit.
Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan.
Sebagai manifestasi keberhasilan/kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
Gangguan kesehatan : ketidakseimbangan antara factor : Host-Agent-Environment

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat
Sehat dan sakit berada pada suatu rentang dimana setiap orang bergerak sepanjang rentang tersebut.
Rentang sehat-sakit :
Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur keadaan sehat/kesehatan seseorang.
Kedudukan pada tingkat skala ukur : dinamis dan bersifat individual.
Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kemauan pada titik yang lain.

Rentang sehat-sakit model holistic health
ß-------------------------------------------------------------------------------------------------à
Sejahtera sakit sekali sehat normal setengah sakit sakit atau kurang sehat sakit kritis mati

Tahapan sakit menurut Suchman :
Tahap mengalami gejala
Tahap transisi : individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuhnya, merasa dirinya tidak sehat/merasa timbulnya berbagai gejala/ merasa ada bahaya.
Mempunyai 3 aspek :
Secara fisik : nyeri, panas tinggi.
Kognitif : interprestasi terhadap gejala
Respon emosi terhadap ketakutan/ kecemasan
Konsultasi dengan orang terdekat, gejala, perasaan, kadang-kadang mencoba pengobatan dirumah.

Tahap asumsi terhadap peran sakit {sick role }
Penerimaan terhadap sakit.
Individu mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman : menghasilkan peran sakit.
Mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang lain, mengobati sendiri, mengikuti nasehat teman/ keluarga.
Akhir dari tahap ini dapat ditemukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih baik. Individu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya. Rencana pengobatan dipenuhi/ dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman selanjutnya.
3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
Individu yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri
3 tipe informasi
Validasi keadaan sakit.
Penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti.
Keyakinan bahwa mereka akan baik.
Jika tidak ada gejala : individu mempersepsikan dirinya sembuh, jika ada gejala kembali pada profesi kesehatan.
4.Tahap ketergantungan
Jika profesi kesehatan memvalidasi { memantapkan } bahwa seseorang sakit : menjadi pasien yang tergantung untuk memperoleh bantuan.

Setiap orang mempunyai tingkat ketergantungan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.
Perawat : - Mengkaji kebutuhan ketergantungan pasien dikaitkan dengan tahap
perkembangan
- Support terhadap perilaku pasien yang mengarah pada kemandirian.
5.Tahap penyembuhan
Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada peran sakit dan fungsi sebelum sakit.
Kesiapan untuk fungsi social.
Perawat : - Membantu pasien untuk berfungsi dengan meningkatkan kemandirian.
- Memberi harapan dan support.

Perilaku peran sakit { side role behaviour } yaitu kegiatan yang dilakukan oleh individu yang mempertimbangkan dirinya sakit dengan tujuan memperoleh kesehatan.

Parson : 4 aspek dari peran sakit :
Klien tidak memegang tanggung jawab untuk kondisi mereka { selama kondisi sakit }.
Klien dibebaskan dari tugas dan fungsi social.
Klien diharuskan untuk berusaha memperoleh kondisi sehat secepat mungkin.
Klien dan keluarga harus mencari bantuan orang yang kompeten.

Dampak sakit :
Efek sakit terhadap anggota keluarga, orang yang sakit : mempengaruhi keluarga dan orang berarti lainnya : jenis dari efek dan luasnya tentang aspek:
Anggota keluarga mana yang sakit.
Serius dan lamanya sakit.
Adat dan kebiasaan yang dipegang oleh keluarga.

Perubahan yang terjadi pada keluarga :
Perubahan peran.
Meningkatnya stress sampai dengan kecemasan tentang hasil dari penyakit dan konflik tentang ketidakbiasaan tanggung jawab.
Masalah keuangan.
Kesepian akibat dari perpisahan.
Perubahan dalam kebiasaan social.

Dampak dirawat : efek dari hospitalisasi dapat menganggu
Privasi seseorang.
Perasaan menyenangkan yang mereflek ke tingkat penghargaan social.
Autonomy : keadaan kemandirian dan mengatur diri sendiri tanpa adanya kontrol dari luar.
Gaya hidup, adanya ketentuan di RS.
Peran , peran berubah jika dirawat, contoh : orangtua tidak dapat memenuhi tanggungjawab sebagai orangtua secara moral.
Ekonomi, perawat dapat memberi support terhadap aktivitas yang meningkatkan kesehatan yang dapat mengembalikan klien terhadap aktifitas normal sesegera mungkin.
Sehat secara tidak langsung dan berusaha terus menerus beradaptasi terhadap stress baik yang datang dari lingkungan internal maupun ekternal, secara berlanjut guna mengoptimalkan sumber yang potensial harus dicapai secara maximal untuk hari kehidupannya.

Pender {1982} :
-Memasukkan kecendrungan stabilitas dan aktualisasi.
-Pengakuan yang konflek dan memerlukan potensi manusia dengan hubungannya.
-Tujuan langsung dan kompetensi pribadi melalui penyesuaian.
-Menjaga stabilitas dan integritas struktur.

Payne sehat :
Fungsi efektif dari perawatan pribadi yang digali dari interaksi antara perawatan itu sendiri.
Perawatan pribadi termasuk dalam pengetahuan kemampuan ketrampilan dan sikap.
Self care action merupakan tujuan langsung dari tingkah laku yang meliputi pemeliharaan atau peningkatan fisik, psikososial dan spiritual.

Definisi dari sehat perorangan :
Sehat adalah tingkat kondisi yang tertinggi dari manusia.
-Merupakan perubahan yang komplek.
-Bila diartikan menurut individu harus dilihat dari berbagai factor.

Model ekologi : interaksi dinamis host-agent-environment.

Host : Seseorang atau sekelompok orang dimana cendrung atau tidak cenderung resiko terkena penyakit.

Agent : Faktor-faktor yang ada/tidak ada dalam lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit.

Lingkungan : Termasuk lingkungan intrinsic maupun ekstinsik, yang mana ada atau tidak adanya factor predisposisi dari individu itu sendiri pada perkembangan penyakitnya.{Payne,1983}.


Definisi sehat :

Dorothy E. Johnson { teori system tingkah laku }.

Sehat adalah keadaan yang sukar dipahami, dinamik, psikologik dan social.
Sehat adalah refleksi dari system organisasi, interaksi, interdependent dan interaksi dari subsistem dari system tingkah laku.
-Manusia berusaha mencapai keseimbangan dalam system.
-Keseimbangan merupakan petunjuk berfungsinya tingkah laku.
-Kurang seimbangnya struktur atau fungsinya dari subsistem merupakan petunjuk bahwa adanya tanda-tanda kurang sehat.

Imogene King { teori pencapaian hasil }

-Sehat dipandang sebagai suatu keadaan yang dinamik dalam siklus hidup.
-Sakit merupakan suatu gangguan dalam siklus hidup.

READ MORE - KONSEP DASAR MANUSIA

Read more...

KELOMPOK MODEL PARSONS ( 1961 )

Kelompok Model Parsons ini termasuk sebagai kelompok model umum (Generalized Model ) pada pertumbuhan dan pengembangan kelompoknya.
Teori ini melihat masyarakat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisir yang bekerja dalam suatu cara yang teratur menurut seperangkat peraturan dan nilai yang dianut oleh sebagian masyarakat tersebut. Masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil yang menuju kearah keseimbangan, yaitu suatu kecenderungan untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang. Teori ini juga mengemukakan bahwa setiap kelompok atau lembaga melaksanakan tugas tertentu dengan terus menerus, karena hal itu fungsional. Pada teori Parsons ini menekankan fungsional kelompok/ perspektif fungsional.
Dalam menelaah kelompok sebagai suatu sistem sosial, teori ini melihat bagaimana aspek-aspek yang terdapat dalam kelompok tersebut menurut fungsi-fungsinya. Penempatan fungsi-fungsi yang telah digariskan, merupakan titik tolak untuk menentukan bergerak atau dinamis tidaknya suatu kelompok. Pemilihan ini dijadikan dasar untuk menelaah interaksi masing-masing fungsi menurut jaringan fungsi dan tugas dalam satuan kelompok.
Menurut Parsons, untuk dapat berlangsung dan bertahannya suatu kelompok atau organisasi hendaknya kelompok tersebut memenuhi keempat persyaratan fungsional, yang dirumuskan sebagai berikut :
Adaptasi
Pencapaian Tujuan
Integrasi Anggota-anggotanya, dan
Kemampuan mempertahankan Identitasnya terhadap kegoncangan dan ketegangan yang timbul.
Keempat persyaratan fungsional tersebut dikenal dengan sebutan A - G - I - L , yang dalam prosesnya melakukan pertukaran ke dalam atau transaksi internal :

1.ADAPTASI
Dengan adaptasi , dimaksudkan bahwa para anggota mempunyai atau menghasilkan sarana-sarana yang dibutuhkan mereka/kelompok supaya dapat hidup dan bergerak. Tanpa sarana material, gagasan atau cita-cita tidak akan dapat diwujudkan.
Contoh:
Tanpa adanya sumber keuangan yang baik, seperti Sekolah, Klinik, Keluarga tidak akan dapat berfungsi dengan baik. Hanya dengan adanya fasilitas atau sistem (suatu sistem) dapat menguasai lingkungannya. Semua proses dan mekanisme yang diadakan dalam rangka adaptasi dan penguasaan lingkungan ini, disebut dengan " EKONOMI " oleh Parsons.


2.TUJUAN ( GOAL ATTAINMENT )
Untuk mencapai suatu tujuan sebagaimana halnya dengan prasyarat pertama (adaptasi ) , juga memiliki hubungan dengan lingkungan luar.
Dalam hal ini dapat ditetapkan :

Pertama Harus ada satu tujuan
Contoh :
Pernah pada jaman lampau perkumpulan-perkumpulan didirikan dengan tujuan untuk menebus dan membebaskan budak. Tetapi,dengan tidak adanya lagi gejala perbudakan , maka perkumpulan-perkumpulan semacam itu membubarkan diri.
Kedua Harus ada anggota atau tenaga yang dapat mencapai tujuan tersebut.
Suatu sistem harus senantiasa mampu menarik dan mengerahkan orang baru untuk menggantikan posisi yang lama. Selain itu juga harus ada mekanisme - mekanisme kepemimpinan dan pengambilan keputusan dan penempatan tenaga.

Ketiga Sebagai unsur yang terakhir harus ada kewaspadaan dalam suatu sistem.
Kewaspadaan, kepekaan, keterbukaan, dan kebijaksanaan berkenaan dengan kebutuhan sistem di satu pihak dan perubahan jaman dan kondisi-kondisi lingkungan di pihak lain.
Contoh :
Suatu sistem Pendidikan yang buta terhadap tanda - tanda jaman akan menggali kuburnya sendiri. Semua kegiatan sosial sehubungan dengan persyaratan ini disebut " POLITY " oleh Parsons.

3.INTERGRASI
Integrasi merupakan persyaratan ketiga yang harus dipenuhi dalam suatu sistem. Satuan-satuan itu harus berintergrasi dalam arti bahwa mereka dilibatkan dan dikoordinir dalam keseluruhan sistem sesuai dengan posisi dan peranan mereka masing-masing.
Contoh :
- Penyelewengan harus dihancurkan/dihapuskan
- Perpecahan harus dicegah
Dalam prakteknya , integrasi diusahakan dengan PENGATURAN UNDANG-UNDANG. Disinilah berperanya FATE CONTROL.
Dalam hal ini juga bisa melalui : instruksi, kaidah-kaidah dan lembaga-lembaga kemasyarakatan itu berwenang di bidang perumusan hak-hak dan kewajiban-kewajiban serta pengamanan mereka.

4.MEMPERTAHANKAN IDENTITAS ( LATEN MAINTENANCE )
Mempertahankan Identitas yaitu tata nilai -nilai budaya yang bersifat mendasar. Menurut Parsons tiap-tiap sistem dicirikan oleh suatu sistem nilai -nilai yang telah dilembagakan. Hal mempertahankan sistem ( keutuhan sitem ) nilai itu dan pelembagaannya, merupakan keharusan fungsional yang utama. Sistem nilai-nilai budaya itu, akan dipertahankan melalui proses-proses pendidikan, pemasyarakatan, pembudayaan , penataran dan lain sebagainya. Selain itu Agama, kesenian dan macam-macam upacara akan memainkan peranan penting dalam mempertahankan tersebut.
Kalau dilihat dari segi anggota kelompok , internalisasi nilai-nilai budaya itu merupakan sarana untuk mengakhiri dan menyelesaikan ketegangan-ketegangan yang selalu timbul dalam setiap sistem. Pada akhirnya bahwa dalam setiap sistem harus ada proses dan mekanisme yang menghasilkan dan melestarikan dedikasi dan komitmen dari para anggotanya.
Adapun keuntungan dan kerugian dari pembentukan dan pengembangan kelompok Model Parsons ini antara lain :

KEUNTUNGAN :
-Tugas dapat cepat dapat terselesaikan
-Pola perilaku dan sopan santun sangat terjaga
-Anggota-anggotanya dapat berfungsi sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

KERUGIANNYA :
-Interaksi anggota-anggotanya dibatasi oleh norma-norma kesopanan sehingga kurang ada keterbukaan
-Terfokus pada tugas yang harus diselesaikan /dilaksanakan serta hasil yang harus dicapai saja.

rinfeksi dan cacat.


http://askep-askeb.cz.cc/

READ MORE - KELOMPOK MODEL PARSONS ( 1961 )

Read more...

MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN


PENDAHULUAN

BAB I

Latar Belakang.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, manusia senantiasa berusaha u=
ntuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal. Hal ini terbukti den=
gan pesatnya kemajuan IPTEK di bidang kesehatan dalam rangka memecahkan mas=
alah kesehatan yang dihadapi oleh penduduk di dunia. Dan seiring itu siste=
m pelayanan keperawatan di berbagai negara maju dan negara berkembang juga =
mengalami kemajuan/perubahan.
Isitilah proses keperawatan dan kerangka kerjanya merupakan ilmu yang relat=
if baru. Pada tahun 1955 Hall memulai istilah proses keperawatan dan sejak =
itulah para ilmuwan keperawatan menguraikan proses keperawatan secara ilmi=
ah dengan berbagai pendapat. Weiden Bach pada tahun 1963 menguraikan asuhan=
keperawatan menjadi 3 tahap yang meliputi observasi, bantuan untuk pertolo=
ngan dan validasi. Later Knowles (1967) mengatakan bahwa dalam praktek kepe=
rawatan menganjurkan 5 D yaitu discover (menemukan), delve (menyelidiki), d=
ecide (memutuskan), do (melaksanakan) dan discriminate (membedakan).
Selanjutnya Gabbie dan Lavin (1975) mengemukakan bahwa esensi dari model=
- model keperawatan yang ada menggambarkan 4 konsep yang sama yaitu :
-Orang yang menerima asuhan keperawatan.
-Lingkungan (masyarakat).
-Kesehatan (sehat/sakit, kesehatan dan penyakit).
-Keperawatan dan perawat (tujuan/sasaran, peran dan fungsi).
Melihat gambaran di atas Penulis mencoba menganalisa dan mengaplikasikan mo=
del konsep keperawatan yang dikemukakan oleh Sister Calista Roy (stress dan=
adaptasi Roy) ke dalam system pelayanan keperawatan di Indonesia.
=20
Masalah.
Dengan adanya ragam model model keperawatan dan dari masing =E2=80=93 masin=
g model konseptual tersebut mempunyai gambaran inti yang sama (Gabbie & La=
vin, 1975), maka untuk mengaplikasikan model konsep keperawatan menurut Si=
ster Calista Roy ke dalam system pelayanan keperawatan di Indonesia, muncul=
berbagai masalah antara lain :
Bagaimana cara menerapkan model konseptual secara optimal terhadap kasus pe=
nyakit yang dialami oleh penderita?
Bagaimana strategi yang digunakan oleh perawat dengan adanya ragam kultur/b=
udaya masyarakat Indonesia?
Bagaimana peranan perawat, mengingat secara ratio antara jumlah peawat deng=
an pasien di lapangan masih belum seimbang? =20

Tujuan.
Tujuan Umum.
Perawat Indonesia dapat menerapkan model konseptual keperawatan Sister Cali=
sta Roy yang menggunakan pendekatan metode ilmiah dalam system pelayanan ke=
sehatan.
Tujuan khusus.
1.Mampu menyelaraskan dan mendefinisikan model konseptual SisterCalista Roy=
.
2.Mampu memahami konsep dasar/asumsi dasar dalam model konseptual stress da=
n adaptasi Roy.
3.Mampu menjelaskan komponen =E2=80=93 komponen model konsep keperawatan Si=
ster Calista Roy.
4.Mampu menjelaskan karakteristik model konsep keperawatan Sister Calista =
Roy.
5.Mampu menjelaskan hubungan model konsep keperawatan Sister Calista Roy de=
ngan proses keperawatan yang ada di Indonesia.

B A B II
TINJAUAN TEORI

Dasar Pengembangan Teori.
Filosofi
Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi dalam keperawatan pada tahu=
n 1964. Model ini banyak digunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep =
dalam pendidikan keperawatan. Model adaptasi Roy adalah system model yang e=
sensial dalam keperawatan. Roy menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk bio=
psikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Dalam memenuhi kebutuhan manus=
ia selalu dihadapkan berbagai persoalan yang kompleks. Dalam menghadapi per=
soalan tersebut Roy mengemukakan teori adaptasi. Penggunaan koping atau mek=
anisme pertahanan diri, berespon melakukan peran dan fungsi secara optimal =
untuk memelihara integritas diri dari keadaan rentang sehat sakit dari kead=
aan lingkungan sekitarnya. Jadi ada 5 faktor penting dari Roy adalah manusi=
a, sehat, sakit, lingkungan dan keperawatan yang saling terkait.

Asumsi Dasar.
Asumsi adalah pernyataan dari fakta =E2=80=93 fakta atau anggapan yang dite=
rima sebagai dasar teori untuk konsep =E2=80=93 konsep dari disiplin ilmu t=
ertentu. Beberapa model keperawatan menggambarkan asumsi dari adaptasi teo=
ri =E2=80=93 teori yang lainnya dari system teori yang lain (teori system,=
teori adaptasi Nelsen dan fisiologi dari nilai =E2=80=93 nilai manusia).

Pola Pengembangan Ilmu.
Pola pengembangan ilmu keperawatan adalah yang terkait dengan keputusan =E2=
=80=93 keputusan tentang komponen =E2=80=93 komponen ilmu, filosofi tidak d=
idasarkan terhadap hal yang bersifat empiris, suatu keyakinan, merupakan su=
atu pertanyaan yang terkait terhadap praktek keperawatan dana mempengaruhi =
filosofi disiplin ilmu.
=09Model konsep Calista Roy didasarkan pada model adaptasi. Modelnya merupa=
kan contoh yang baik bagaimana ilmu itu diambil menjadi hal yang unik dalam=
keperawatan. Hal ini merupakan kombinasi pemikiran yang ditarik secara div=
ergen seperti system. Stress dan adaptasi menurut Roy, keberadaan manusia =
merupakan kumpulan biopsikososial yang berada di dalam lingkungan.
=09Vocal residual, conceptual. Rangsangan pada manusia dan bersifat utuh d=
an menimbulkan keutuhan =E2=80=93 keutuhan yang terkait dengan model adapta=
si yang meliputi kebutuhan fisiologis, peran, fungsi dan interdependen mel=
alui 2 mekanisme adaptasi yaitu regulator dan cognator individu dapat menun=
jukkan respon adaptasi yang berhasil dan gagal (respon tidak efektif yang m=
embutuhkan intervensi keperawatan).
=09Penekanan model Roy dikaitkan dengan kerja yang berkelanjutan, dilanjutk=
annya ke pendidikan praktek dan penelitian serta diteruskan ke perubahan =
=E2=80=93 perubahan dalam model =E2=80=93 model untuk memaksimalkan kejadia=
n empiris. Model Roy merupakan suatu system.

Komponen Model.
Roy dalam menyusun model konseptualnya didasari atas nilai =E2=80=93 nilai =
sebagai berikut :
Manusia.
Roy memandang manusia sebagai makhluk biopsikososial yang holistic dalam se=
genap aspek individu dengan bagian =E2=80=93 bagiannya berperan bersama mem=
bentuk kesatuan ditambah manusia sebagai system yang berada dalam interaksi=
yang konstan dengan lingkungan antara system dan lingkungan terjadi pertuk=
aran informasi, materi dan energi.
=09Ini menunjukkan system =E2=80=93 system kehidupan sebagai system yang te=
rbuka. Sel adalah system kehidupan terbuka. Sel mempunyai substansi yang ha=
rus mempertahankan dalam usaha memperbanyak diri. Keterbukaan system selanj=
utnya menunjukkan pertukaran yang konstan dari informasi, materi dan energi=
antara system dan lingkungan. Interaksi ini juga diterapkan pada manusia. =
Interaksi konstan manusia dengan lingkungannya ditandai oleh perubahan =E2=
=80=93 perubahan interna dan eksterna, selanjutnya perubahan ini mengharusk=
an manusia mempertahankan integritasnya yaitu adaptasi terus menerus. Diagr=
am di bawah digunakan Roy untuk menggambarkan system adaptasi manusia.=20
=09Roy mengidentifikasi input sebagai stimulus. Stimulus ini adalah unit da=
ri informasi materi atau energi dari lingkungan atau dirinya sebagai respon=
. Seiring dengan stimulus, tingkat adaptasi manusia berperan sebagai system=
adaptasi. Tingkat adaptasi adalah jangkauan stimulus manusia yang dapat me=
ngadaptasikan responnya dengan usaha yang wajar.

=09Gambaran dari manusia sebagai system adalah tingkah laku interna maupun =
eksterna. Selanjutnya adaptasi manusia tersebut dapat diukur, diamamti kelu=
han =E2=80=93 keluhan subyektif yang merupakan umpan balik dari system ini.=
Roy mengkategorikan hasil system sebagai respon adaptaif dan inefektif. Re=
spon adaptif adalah semua yang mengacu pada integritas manusia yaitu semua =
tingkah laku yang tampak ketika manusia dapat mengerti tentang tujuan hidup=
, tumbuh, produksi dan kekuasaan.
Roy menggunakan isitilah mekanisme koping untuk menjelaskan proses pengenda=
lian manusia sebagai system adaptasi. Roy menggunakan mekanisme yang disebu=
t regulator dan cognator sebagai sustu system dari system adaptasi.
Subsistem regulator mempunyai komponen sistm input, proses dan ouput. Stim=
ulus output mungkin berasal dari dalam manusia. Penghubung =E2=80=93 penghu=
bung system regulator adalah kimia, neural atau endokrin. Respon otonomi ya=
ng merupakan respon =E2=80=93 respon saraf bagian otak dan spinal dihasilka=
n sebagai output. Tingkah laku dalam subsistem regulator, jaringan dan orga=
n target dibawah kontrol endokrin juga menghasilkan tingkah laku regulator.=
Akhirnya Roy menunjukkan respon psikomotor dari system saraf pusat sebaga=
i pusat system regulator.
Sub system yang lain adalah sub sistem cognator. Rangsangan ke subsistem c=
ognator juga berasal dari luar dan dalam. Ouput dari subsistem regulator da=
pat diumpan balik merangsang subsistem cognator. Proses =E2=80=93 proses pe=
ngendalian cognator dihubungkan ke fungsi yang lebih tinggi dari otak yaitu=
persepsi atau pengolah informasi yang berhubungan dengan proses interna da=
ri perhatian yang dipilih, ditunjukkan dan ingatan. Pemecahan masalah dan p=
embuatan keputusan adalah proses mencari bentuk.
Dalam mempertahankan integritas manusia, regulator dan cognator sering dian=
ggap berperan bersama =E2=80=93 sama. Tingkat adaptasi dari system manusia =
dipengaruhi oleh pertumbuhan individu dan pemakaian dari mekanisme koping. =
Dalam gambaran lebih lanjut tentang proses interna manusia sebagai subsiste=
m adaptasi, Roy menjelaskan system efektor atau model adaptasi yang terdiri=
dari 4 efektor :
1.Model adaptasi fisiologis, terdiri dari :
-oksigenasi
-nutrisi
-eliminasi
-aktivitas dan istirahat
-sensori
-cairan dan elektrolit
-integritas kulit
-fungsi saraf
-fungsi endokrin dan reproduksi
2.Konsep diri.
Menunjukkan pada nilai, kepercayaan, emosi, cita =E2=80=93 cita serta perha=
tian yang diberikan untuk mengetahui keadaan fisik sendiri.
3.Fungsi peran.
Menggambarkan hubungan interaksi perorangan dengan orang lain yang tercermi=
n pada peran pertama, kedua dan seterusnya.
4.Model ketergantungan.
Mengidentifikasi nilai manusia, cinta dan keseriusan. Proses ini terjadi da=
lam hubungan antar manusia dengan individu dan kelompok.
=20
Tujuan Keperawatan.
Roy mendefinisikan tujuan keperawatan sebagai peningkatan dari respon adapt=
asi keempat model adaptasi. Kondisi seseorang ditentukan oleh tingkat adapt=
asinya, apakah berespon secara positif terhadap rangsang interna atau ekste=
rna. Tingkat adaptasi ditentukan oleh besarnya rangsangan baik fokal, konte=
kstual maupun residual. Yang dimaksud dengan tiga rangsang tersebut adalah=
:
1.Fokal stimuli
Rangsangan yang segera dihadapi oleh manusia dan merupakan tingkatan yang p=
aling tinggi dari perubahan atau kelainan.
2.Kontekstual stimuli
Semua rangsangan dari manusia baik interna maupun eksterna dapat diamati, d=
iukur atau subyektifitasnya yang dilaporkan secara obyektif oleh pasien.=20
3.Residual stimuli.
Rangsangan yang membentuk karakteristik dari seseorang sesuai dengan stuasi=
atau tidak, hal ini sulit untuk dimulai.

-Konsep kesehatan.
Roy mengidentifikasi sebagai status dan proses dari keadaan yang digabungka=
n dari manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk menentukan tujuan=
hidup, berkembang, tumbuh dan produksi serta memimpin.

-Konsep lingkungan.
Roy mendefinisikan keadaan lingkungan secara khusus yaitu semua keadaan, ko=
ndisi dan pengaruh dari sekeliling dan perasaan lingkungan serta tingkah la=
ku individu dan kelompok.
=20
-Arah tindakan.
Aktivitas perawatan direncanakan oleh model sebagai peningkatan respon adap=
tasi atas situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah pendekatan yang =
merupakan tindakan perawat memanipulasi stimuli fokal, kontekstual dan resi=
dual yang menyimpang pada manusia. Rangsangan fokal dapat dirubah tetapi pe=
rawat dapat meningkatkan respon adaptasi dengan memanipulasi rangsangan kon=
tekstual dan residual. Perawat dapat mengantisipasi kemungkinan respon seku=
nder yang tidak efektif pada rangsangan yang sama pada keadaan tertentu. Pe=
rawat juga dapat menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan memperkuat re=
gulator, cognator dan mekanisme koping.=20

B A B III
PROSES KEPERAWATAN

=09Sebagai dasar dalam melaksanakan proses keperawatan, Roy berpendapat bah=
wa pasien harus dipandang sebagai manusia yang utuh (pandangan yang menyelu=
ruh) baik dari aspek biologis, psikologis dan spiritual. Di samping itu pas=
ien pun harus dipandang sebagai suatu system yang dapat hidup melalui inter=
aksi yang konstan dengan lingkungannya.

Hubungan Teori Roy dengan Proses Keperawatan.
Model adaptasi Roy menawarkan standar untuk mengembangkan atau melaksanakan=
proses keperawatan melalui elemen =E2=80=93 elemen Roy meliputi :
-Pengkajian tingkat pertama (I).
Tahap ini ditujukan untuk menentukan sekumpulan tingkah laku sebagai system=
adaptasi yamg berhubungan dengan empat model adaptasi melalui pendekatan y=
ang sistematis dan menyeluruh (holistic) kemudian perawat mengklarifikasi =
menjadi fokus pembahasan/penanganan.=20
-Pengkajian tingkat kedua (II).
Sebagai kelanjutan dari pengkajian tingkat pertama, perawat menganalisa mas=
alah =E2=80=93 masalah keperawatan yang muncul dari gambaran tingkah laku k=
lien sebagai respon yang tidak spesifik atau mengidentifikasi respon yang a=
daptif setelah diberi dorongan oleh perawat. Hal lain yang menjadi perhatia=
n perawat pada tahap ini adalah mengumpulkan data tentang rangsangan kontek=
stual dan residual yang menyimpang kemudian mengklarifikasikan tentang etio=
logi masalah yang muncul tersebut.
-Perumusan diagnosa keperawatan
Roy menganalisa tiga metode pembuatan diagnosa keperawatan dengan cara seba=
gai berikut : (a) memakai tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan =
dihubungkan dengan empat model adaptasi dari Roy, (b) merumuskan diagnosa d=
engan mengobservasi tingkah laku sepanjang rangsangan masih berpengaruh, (c=
) kesimpulan satu atau lebih model adaptasi yang berhubungan dengan respon =
yang sama.
-Penentuan tujuan keperawatan.
Tujuan adalah akhir tngkah laku pasien yang akan dicapai. Hal tersebut terg=
ambar dalam tingkah laku pasien yang menunjukkan resolusi dari masalah adap=
tasi. Tujuan jangka panjang menggambarkan akhir dari masalah adaptasi dan k=
emungkinan kemampuan pada tujuan lain (hidup, tumbuh, reproduksi, dan kekua=
saan). Tujuan jangka pendek merupakan tujuan yang diharapkan dari tingkah l=
aku klien setelah memanipulasi penyebabnya, pendorong dan rangsangan sisa =
seperti keadaan tingkah laku klien yang menunjukkan koping =E2=80=93 koping=
cognator dan regulator. Tujuan ini sebaiknya dibuat sesuai kemampuan klien=
.=20
-Intervensi keperawatan.
Pelaksanaan perawatan direncanakan dengan tujuan mengubah atau memanipulasi=
stimuli foka,l, kontekstual dan residual. Intervensi mungkin juga difokusk=
an pada kemampuan koping individu atau zone adaptasi sehingga seluruh rangs=
angan sesuai dengan kemampuan individu untuk beradaptasi.=20
-Evaluasi.
Proses keperawatan dilengkapi dengan evaluasi, tujuan tingkah laku dibandin=
gkan dengan tingkah laku keluaran seseorang. Penyusunan kembali terhadap tu=
juan dan intervensi berdasarkan evaluasi data.
=09
Hubungan Teori dan Praktek Keperawatan.
Menurut Roy proses keperawatan meliputi pengkajian pertama, pengkajian kedu=
a, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Jadi antara=
teori dan praktek keperawatan ada hubungannya yang akan kita bahas di bawa=
h ini.
Physiologic mode.
Oksigenasi (oxygenation).
kekurangan oksigen (hypoxia)
shock
kelebihan oksigen (overload)
Kebutuhan nutrisi (nutrition).
kekurangan nutrisi (malnutrition).
mual =E2=80=93 mual (nausea).
muntah (vomiting)
Eliminasi (elimination)
konstipasi (constipation)
diare (diarrhea)
buang air besar tidak terasa (incontinence)
retensi BAK (urinary retention).
Aktivitas dan istirahat (activity and rest).
aktivitas fisik yang tidak adekuat (inadequate physical activity).
potensial kerusakan jaringan
istirahat tidak cukup
tidak bisa tidur (insomnia).
kurang tidur (sleep deprivation)
istirahat yang berlebihan.
Integritas kulit (skin integrity).
gatal (itching)
kulit kering (skin dry)
luka karena tekanan (pressure sores)
Model konsep diri (self concept mode).
Gambaran diri (physical self)
penurunan konsep seksual
perilaku seksual yang agresif
kehilangan anggota badan
Konsep diri (personal self)
Cemas (anxiety)=20
tak berdaya (powerlessness)
perasaan bersalah (guilt)
rasa rendah diri (low self esteem)
Model fungsi peran (role function mode)
Transisi peran (role trantition)
Kehilangan peran (role distance)
Konflik peran (role conflict)
Kegagalan peran (role failure).
Model ketergantungan (interdependence mode).
Cemas karenaa perpisahan (separation anxiety).
Kesepian (loneliness).

PENUTUP

Kesimpulan.
Setelah melakukan pendalaman & eksplorasi terhadap model konseptual Sister =
Calista Roy maka Penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :
-Model konseptual Sister Calista Roy menekankan pola asuhan pada adaptasi s=
ehat atau sakit
-Model konseptual Sister Calista Roy terbagi dalam 5 elemen dasar yaitu man=
usia, tujuan perawatan, lingkungan, konsep kesehatan dan arah tindakan.
-Model konseptual Sister Calista Roy dalam proses keperawatan terdiri 6 el=
emen yaitu :
1.Pengkajian pertama.
2.Pengkajian kedua.
3.Diagnosa keperawatan.
4.Penentuan tujuan
5.Intervensi.
6.Evaluasi.

Saran.
Setelah pelaksanaan eksplorasi model konseptual Sister Calista Roy Penulis =
dapat memberikan saran sebagai berikut :
-Model konseptual Sister Calista Roy cukup baik untuk diterapkan pada pasie=
n yang menghadapi gangguan psikologis.
-Model konseptual Sister Calista Roy perlu diujicobakan pada ruang geriatri=
c, bangsal jiwa dan bangsal umum dengan masalah psikologis.
-Model konseptual Sister Calista Roy mungkin perlu diujicobakan pada rumah =
sakit jiwa di negara Indonesia dalam rangka meningkatkan asuhan keperawatan=
.

DAFTAR PUSTAKA

-Doenges, Marillyn E, et.al, (1989), Psychiatrics Care Plants : Guidelines =
for Client Care, F.A. Davis Company, Philadelphia.

-Gaffar Jumadi La Ode, (1999), Pengantar Keperawaan Profesional, EGC, Jakar=
ta.

-George, Julia B, (1990), Nursing Theories : The Basic for Professional Nur=
sing Practice, Practice Hall International Inc, New Jersey.

-Gordon, Majory, (1992), Manual of Nursing Diagnosis, Mosby Years Book, St.=
Louis.

-Henderson, Virginia, (1990), Nursing Models A Major Steps Towards : Profes=
sional Autonomy, Mosby Years Book, New York.

-Mediana, Dwidiyanti, (1998), Aplikasi Model Konseptual Keperawatan, Akper=
Depkes, Semarang.

READ MORE - MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN

Read more...

Konsep Kecemasan

Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subyektif individual, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara langsung. Perawat dapat mengidentifikasi cemas lewat perubahan tingkh laku klien.
Stuart (1996) mendefinisikan cemas sebagai emosi tanpa obyek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui, dan didahului oleh pengalaman baru. Sedangkan takut mempunyai sumber yang jelas dan obyeknya dapat didefinisikan. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam dan cemas merupakan respon emosi terhadap penilaian tersebut.
Lebih jauh dikatakan pula, kecemasan dapat dikomunikasikan dan menular, hal ini dapat mempengaruhi hubungan terapeutik perawat klien. Hal ini menjadi perhatian perawat.
Bostrom (1995) mengemukakan stressor sebagai factor presipitasi kecemasan adalah bagaimana individu berhadapan dengan kehilangan dan bahaya yang mengancam. Bagaimana mereka menerimanya tergantung dari kebutuhan, keinginan, konsep diri, dukungan keluarga, pengetahuan, kepribadian dan kedewasaan.
Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang mengancam keutuhan erta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk prilaku seperti rasa tak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, phobia tertentu (Hamid dkk,1997).
Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi (Hudak dan Gallo, 1997).
Stuart dan Sundeen (1995) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :
1.Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dab individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
Respon Fisiologis
Sesekali nafas pendek
Nadi dan tekanan darah naik
Gejala ringan pada lambung
Muka berkerut dan bibir bergetar
Respon Kognitif
Lapang persegi meluas
Mampu menerima ransangan yang kompleks
Konsentrasi pada masalah
Menyelesaikan masalah secara efektif
Respon perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang
Tremor halus pada tangan
Suara kadang-kadang meninggi
2.Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
Respon Fisiologis
Sering nafas pendek
Nadi ekstra systole dan tekanan darah naik
Mulut kering
Anorexia
Diare/konstipasi
Gelisah
Respon Kognitif
Lapang persepsi menyempit
Rangsang Luar tidak mampu diterima
Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
Respon Prilaku dan Emosi
Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
Bicara banyak dan lebih cepat
Perasaan tidak nyaman
3.Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan.
1) Respon Fisiologis
Sering nafas pendek
Nadi dan tekanan darah naik
Berkeringat dan sakit kepala
Penglihatan kabur
2) Respon Kognitif
a) Lapang persepsi sangat menyempit
b) Tidak mampu menyelesaikan masalah
Respon Prilaku dan Emosi
Perasaan ancaman meningkat
Verbalisasi cepat
Blocking
4.Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan.
Respon Fisiologis
Nafas pendek
Rasa tercekik dan berdebar
Sakit dada
Pucat
Hipotensi
Respon Kognitif
Lapang persepsi menyempit
Tidak dapat berfikir lagi
Respon Prilaku dan Emosi
Agitasi, mengamuk dan marah
Ketakutan, berteriak-teriak, blocking
Persepsi Kacau
Kecemasan yang timbul dapat diidentifikasi melalui respon yang dapat berupa respon fisik, emosional, dan kognitif atau intelektual.

Respon Fisiologis
Kardiovaskuler : Palpitasi berdebar, tekanan darah meningkat/menurun, nadi meningkat/menurun
Saluran Pernafasan : Nafas cepat dangkal, rasa tertekan di dada, rasa seperti tercekik
Gastrointestinal : Hilang nafsu makan, mual, rasa tak enak pada epigastrium, diare
Neuromuskuler : Peningkatan refleks, wajah tegang, insomnia, gelisah, kelelahan secara umum, ketakutan, tremor
Saluran Kemih : Tak dapat menahan buang air kecil
Sistem Kulit : Muka pucat, perasaan panas/dingin pada kulit, rasa terbakar pada muka, berkeringat setempat atau seluruh tubuh dan gatal-gatal
Respon Kognitif : konsentrasi menurun, pelupa, raung persepsi berkurang atau menyempit, takut kehilangan kontrol, obyektifitas hilang
Respon emosional : Kewaspadaan meningkat, tidak sadar, takut, gelisah, pelupa, cepat marah, kecewa, menangis dan rasa tidak berdaya
Stuart dan Sundeen (1995) mengatakan rentan respon individu berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptive seperti :
Adaptif Maladaptif
Adaptasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 1 Rentang respon adaptif dan maladaptive
(Dikutip dari Stuart dan Sundeen (1995) : Principles and practice of psychiatric nursing (5th ed), Philadelphia : Mosby Year Book)

Roy (1974) mengatakan manusia mahluk yang unik karenanya mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap cemas tergantung kemampuan adaptasi ini dipengaruhi oleh pengalaman berubah dan kemampuan kopinh individu. Koping adalah mekanisme mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi stress.
Selanjutnya Roy (1974) menerangkan proses adaptasi dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu masing-masing individu dan kemampuan adaptasi ini dipengaruhi oleh pengalaman berubah dan kemampuan koping individu. Koping adalah mekanisme mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi stress.
Stresor (stimulus lokal)
Yaitu semua rangsang yang dihadapi individu dan memerlukan respon adaptasi.
Mediator (proses adaptasi)
Stimulus internal yaitu factor dari dalam yang dimiliki individu seperti keyakinan, pengalaman masa lalu, sikap, dan kepribadian.
Stimulus eksternal (kontekstual) yaitu factor dari luar yang berkontribusi atau melatar belakangi dan mempengaruhi respon adaptasi individu terhadap stressor yang dihadapi.

READ MORE - Konsep Kecemasan

Read more...

Konsep Kanker & Kemotherapy Kanker Payudara

Kanker atau keganasan dibedakan dari tumor jinak lewat sifat-sifat sel kanker yang tumbuh pesat, tidak terbatas dan tidak terkoordinasi dengan sifat-sifat :
Tumbuh cepat dan infiltrat yaitu tumbuh bercabang-cabang menyusup ke dalam jaringan sehat disekitarnya, menyerupai kepiting (cancer).
Bersifat ekspansif yaitu mendesak jaringan sehat di sekitarnya.
Bersifat residif yaitu mudah kambuh.
Berkemmpuan untuk bermetastase yaitu mampu mengadakan anak sebar di bagian tubuh lain lewat peredaran darah dan cairan getah bening (Himawan, 1998).
Kanker adalah penyakit yang menakutkan dan mengerikan ditinjau dari beberapa sebab, muncul di stadium lanjut tanpa tanda dan gejala sebelumnya. Kadang pengobatan yang diberikan hasilnya sama sekali memiliki angka kekambuhan yang tinggi dan pola hidup yang sehat tidak menjadi jaminan untuk bebas dari penyakit ini (Mc. Bee, 1993)
Kanker bukanlah sekedar penyakit kronik, penyakit ini mampu membuat rasa takut pada umat manusia (Weisman, 1979). Kanker memberikan dampak pada seluruh tingkatan fungsional yang dimiliki klien. Fungsi intelektual akan menurun karena tekanan fisik dan psikologis, efek dari pengobatan dan perkembangan kanker itu sendiri (Petty, 1996).
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang mendapat perhatian khusus di kalangan kesehatan dunia. Miller (1991) melaporkan kanker payudara merupakn penyakit yang sering muncul dan menyebabkan kematian pada wanita di usia 35-54 tahun.
Dilaporkan oleh Northouse (1995) gangguan psikolososial klien dengan kanker payudara muncul dari fase pertentangan dari penyakitnya. Cemas akan kekambuhan, toksisitas dan terapi yang dijalani, gangguan citra tubuh, gangguan konsep diri, gangguan seksualitas, gangguan peran sebagai ibu dan istri. Kanker juga mempengaruhi keluarganya terutama anak-anak.
Radioterapi adalah salah satu pengobatan kanker payudara yang sistemik, merupakan terapi andalan. Pada kanker payudara dengan ;
Pembesaran kelenjar getah bening axi.
Prognosi yang buruk untuk penanganan pembesaran kelenjar getah bening.
Kondisi lokal regional yang lanjut atau sudah ada metastase.
Adjuvan kemoterapi adalah kemoterapi sebagai kombinasi dari pengobatan lainnya. Tujuannya tidak hanya untuk mengatasi pembesaran kelenjar getah bening tapi juga mencegah metastase. Regimen pengobatan yang umum digunakan adalah Ciklopospamid ©, Methostrexate (M), 5 Fluorourasil. Tidak sedikit klien dengan Adjuvan kemoterapi tetp mengalami metastase. Metastase atau meluasnya anak sebar adalah kondisi yang sulit di antisipasi. Bahkan Vogel (1992) mengatakan metastase tidak dapat disembuhkan.
Tujuan dari terapi metastase adalah kontrol penyakit dan perawatan paliatif simtomatis. Dilaporkan oleh Villie (1995) Pengobatan metastase keberhasilannya kurang dari 3 tahun. Sampai dengan 5 tahun dikatakan pula oleh Vogel (1992) respon membaik 50 % - 80 % di dapat lewat kombinasi Doxorubisin dan Taxol. Namun demikian kedua obat ini menimbulkan efek samping yang cukup berat berupa toksisitas pada jantung dan ginjal.

DAFTAR PUSTAKA

Burn's & Grove, (1993), The Practice of nursing research, conduct, critique & utilization, 2nd edition, Philadelphia : WB. Saunders Company
Craven R dan hirnle C, (2000), Fundamental of nursing, 3rd edition, Philadelphia : Lippincott
Depkes RI (1994), Pedoman perawatan psikiatri, Depkes RI, Jakarta
Groenwald, et.al (1995), A clinical to cancer nursing, 3rd edition, London, England : Jones Bartlet Publisher International
Hudak dan Gallo (1996), Keperawatan kritis pendekatan holistik, Volume I Edisi VI, Jakarta : EGC
Hurlock, E.B (1995), psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, Erlangga, Jakarta
Ketlner, et.al (1995), Psikiatri nursing, Mosby year book, Missouri
Maramis, W.F (1998), Catatan ilmu kesehatan jiwa, Airlangga University Press, Surabaya
Long, Barbara C (1996), Essential of medical surgical nursing : A Nursing process approach, Vol. 1, CV. Mosby Company, St. Louis, hal : 138
Purwadarminta, WJS (1990), Kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Pusdiknakes (1999), Modul pengajaran keperawatan, Jakarta
Stuart and Sunden (1995), Buku saku keperawatan jiwa, edisi 3 (alih bahasa), Jakarta : EGC
Otto, S (1996), Oncology nursing, 2nd edition, St. Louis. Misouri : Mosby year Book Inc

http://askep-askeb.cz.cc/

READ MORE - Konsep Kanker & Kemotherapy Kanker Payudara

Read more...

Etos Kerja Anda

Banyak literatur telah mengupas tuntas mengenai permasalahan etos kerja ini. Namun dari sekian banyak literatur, berikut ini kutipkan beberapa pengertian etos kerja sebagaimana tertulis dibawah ini:
1. Keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok orang atau sebuah institusi

2. Etos Kerja merupakan perilaku khas suatu komunitas atau organisasi, mencangkup motivasi yang menggerakkan, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, standar-standar

3. Sehimpunan perilaku positif yang lahir sebagai buah keyakinan fundamental dan komitmen total pada sehimpunan paradigma kerja yang integral

Ada delapan etos kerja yang dikemukakan oleh Jansen H. Sinamo, diantaranya:
1. Kerja adalah Rahmat, sehingga bila bekerja kita harus tulus dan penuh rasa syukur
2. Kerja adalah Amanah, sehingga bila bekerja kita harus benar dan penuh tanggung jawab
3. Kerja adalah Panggilan, sehingga bila bekerja kita harus tuntas dan penuh integritas
4. Kerja adalah Aktualisasi, sehingga bila bekerja kita harus gigih dan penuh semangat
5. Kerja adalah Ibadah, sehingga bila bekerja kita harus serius dan penuh kecintaan
6. Kerja adalah Seni, sehingga bila bekerja kita harus cerdas dan penuh kreativitas
7. Kerja adalah Kehormatan, sehingga bila bekerja kita harus tekun dan penuh keunggulan
8. Kerja adalah Pelayanan, sehingga bila bekerja kita harus paripurna dan penuh kerendahan hati

Ada beberapa sifat-sifat yang mencerminkan etos kerja yang baik, terutama bagi seorang karyawan yang mengabdikan dirinya pada suatu institusi, baik negeri maupun swasta, yaitu:
- Aktif
- Ceria
- Dinamis
- Disiplin
- Efektif
- Efisien
- Energik
- Fokus
- Gesit
- Ikhlas
- Interaktif
- Jeli
- Jujur
- Kerja Keras
- Kerja Tim
- Konsisten
- Kreatif
- Lapang Dada
- Membagi
- Menghargai
- Menghibur
- Optimis
- Peka
- Rajin
- Ramah
- Sabar
- Semangat
- Tanggung Jawab
- Tekun
- Teliti
- Tepat Waktu
- Teratur
- Terkendali
- Toleran
- Total
- Ulet

Berdasarkan kerangka pikir diatas, sekarang anda cek sendiri 'Apakah Anda sudah yakin jika etos kerja Anda adalah yang paling 'juara' di kantor?' Atau 'Anda tipikal orang yang tidak peduli mengenai etos kerja Anda?'. Katanya (atau kenyataannya), orang Indonesia selalu memiliki etos kerja yang 'luar biasa', bagaimana dengan Anda?

Silakan Anda menelusurinya untuk mencari tahu, etos kerja Anda termasuk kedalam golongan mana berdasarkan 30 kategori yang dibuat sahabat saya secara asal-asalan tersebut:
1. Outgoing personality: jarang di tempat! Jalan-jalan melulu
2. Great presentation skills: pinter ngebual
3. Good communication skills: chating mulu, ngobrol sana-sini
4. Works first: bingung mikirin jodoh
5. Active socially: suka ngabisin makanan orang
6. Independent worker: sibuk sendiri, orang lain gak tau apa yang dikerjain
7. Quick thinking: pinter ngeles
8. Careful thinker: gak bisa ngambil keputusan
9. Good thinker for dificult jobs: sukses berkat kerja keras orang lain
10. Good leadership: suaranya kuenceng tenaan
11. Good judgement: lucky terus..
12. Good sense of humour: banyak stok humor
13. Career minded: suka menjelek-jelekkan pekerjaan orang lain
14. Loyal: gak dapet pekerjaan di tempat lain
15. Great value of company: datang tepat waktu
16. Good credibility: ngutang terus! kolektor kartu kredit, suit...suit..!
17. Pegawai negeri minded: pinter cari tempat dan waktu untuk tidur
18. Wide knowledge: browsing truss!! download truss!
19. Open minded: suka ngintip email orang
20. Efficient worker: lagi ngejar uang efisiensi
21. Good team work: cepat bikin team ..kalo lagi banyak kerjaan
22. Potential worker: nyari lowongan truss!!
23. Entrepreneurship minded: gak bisa diatur! maunya kerja sendiri
24. Key person: pegang kunci...suka over time
25. Good vision: punya banyak stok gambar syurrr
26. Good listener: tukang gosip, suka nguping pembicaraan orang
27. Problem solver: orang yang tepat buat dimaki-maki saat ada problem
28. Good emotional intelligence: menyelesaikan persoalan dengan marah-marah
29. High intelligence quotient: intelegensinya dipertanyakan
30. Good management: punya asisten, konsultan & outsource, tinggal nyantai


:: kiriman email dari seorang sahabat dengan tambahan opini pribadi

READ MORE - Etos Kerja Anda

Read more...

STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI – INDONESIA

PENDAHULUAN

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi profesi suara perawat nasional, mempunyai tanggung jawab utama yaitu melindungi masyarakat / publik, profesi keperawatan dan praktisi perawat.

Praktek keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi dan system pengaturan serta pengendaliannya melalui perundang – undangan keperawatan (Nursing Act), dimanapun perawat itu bekerja (PPNI, 2000).

Keperawatan hubungannya sangat banyak keterlibatan dengan segmen manusia dan kemanusiaan, oleh karena berbagai masalah kesehatan actual dan potensial. Keperawatan memandang manusia secara utuh dan unik sehingga praktek keperawatan membutuhkan penerapan ilmu Pengetahuan dan keterampilan yang kompleks sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien/klien. Keunikan hubungan ners dan klien harus dipelihara interaksi dinamikanya dan kontuinitasnya.

Penerimaan dan pengakuan keperawatan sebagai pelayanan professional diberikan dengan perawat professional sejak tahun 1983, maka upaya perwujudannya bukanlah hal mudah di Indonesia. Disisi lain keperawatan di Indonesia menghadapi tuntutan dan kebutuhan eksternal dan internal yang kesemuanya membutuhkan upaya yang sungguh – sungguh dan nyata keterlibatan berbagai pihak yang terkait dan berkepentingan.

Dalam kaitannya dengan tanggungjawab utama dan komitmen tersebut di atas maka PPNI harus memberikan respon, sensitive serta peduli untuk mengembangkan standar praktek keperawatan. Diharapkan dengan pemberlakuan standar praktek keperawatan di Indonesia akan menjadi titik inovasi baru yang dapat digunakan sebagai : pertama falsafah dasar pengembangan aspek – aspek keperawatan di Indonesia, kedua salah satu tolak ukur efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan dan ketiga perwujudan diri keperawatan professional.

PENGERTIAN DAN SUMBER – SUMBER STANDAR KEPERAWATAN

Standar keperawatan uraian pernyataan tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan keperawtan berarti pernyataan kualitas yang didinginkan dan dapat didnilai pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien/klien. Hubungan anatara kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena malelui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk.

Terjadi kesepakatan antara praktisi terhadap tingkat kinerja dan menawarkan ukuran penilaian agar praktek keperawatan terbaru dapat dibandingkan. Penilaian essensial asuhan keperawatan melalui penataan standar sebagai dasar kesepakatan untuk mencapai asuhan keperawatan optimal. Standar keperawatan dalam prakteknya harus dapat diterima, dimana setiap klien berhak mendapatkan asuhan berkualitas, tanpa membedakan usia dan diagnosa. Dengan demikian standar dapat diharapkan memberikan fondasi dasar dalam mengukur kualitas asuhan keperawatan.

Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar yang ada seperti merancang kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan volume kerja, standar pemerataan dan distribusi pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi perawat professional sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktek dalam tatanan pelayanan keperawatan professional.

Bertolak dari uaraian sepintas diatas tentang pengertian standar maka secara singkat standar dapat diartikan sebagai : Pedoman, ukuran, criteria, peraturan, keperingkatan, undang-undang, indicator, pengukuran atau penafsiran, etik dan prinsip, prototype atau model, norma dan kegiatan, ada kekhasan, pernyataan kompetensi serta persyaratan akreditasi.

Persyaratan Operasional : - Pedoman (persyaratan kebijakan umum), dan mengukur perbedaan (criteria) dan tingkat keunggulan yang diinginkan (tujuan akhir).

SUMBER STANDAR KEPERAWATAN

Pada dasarnya ada tiga sumber informasi utama, untuk mengembangkan standar yaitu : penelitian, keputusan kelompok ahli/spesialis, observasi cara praktek keperawatan actual. Dalam organisasi pelayanan keperawatan standar bersumber baik dari sumber eksternal maupun internal.

KEGUNAAN STANDAR KEPERAWATAN

Tujuan utama standar memberikan kejelasan dan pedoman untuk mengidentifikasi ukuran dan penilaian hasil akhir, dengan demikian standar dapat meningkatkan dan memfasilitasi perbaikan dan pencapaian kualitas asuhan keperawatan. Criteria kualitas asuhan keperawatan mencakup : aman, akurasi, kontuinitas, efektif biaya, manusiawi dan memberikan harapan yang sama tentang apa yang baik baigi perawat dan pasien. Standar menjamin perawat mengambil keputusan yang layak dan wajar dan melaksanakan intervensi – intervensi yang aman dan akontebel.

Pengembangan dan penetapan standar keperawatan melalui tahapan yaitu : harus diumumkan, diedarkan atau disosialisasikan dan terakhir penerapan dalam bebagai tatanan pelayanan. Pengembangan ini bertujuan pertama, meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, kedua mengurangi biaya asuhan, ketiga dasar untuk menentukan ada tidaknya "negligence" perawat.

Pelayanan keperawatan adalah essensial bagi kehidupan dan kesejahteraan klien oleh karena itu profesi keperawatan harus akontebel terhadap kualitas asuhan yang diberikan. Pengembangan ilmu dan teknologi memungkinkan perawat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam rangka menerapkan asuhan bagi klien dengan kebutuhan yang kompleks. Untuk menjamin efektifitas asuhan keperawatan pada klien, harus tersedia criteria dalam area praktek yang mengarahkan keperawatan mengambil keputusan dan melakukan intervensi keperawatan secara aman.

Pada saat ini biaya asuhan kesehatan telah meningkat tajam walaupun hari rawat singkat. Melalui penataan standar keperawatan, maka tindakan keperawatan sesuai kebutuhan dan harapan pasien tanpa mengurangi kesejahteraan pasien namun biaya lebih terjangkau. Untuk mengeliminasi pemborosan anggaran dan fasilitas dan kesalahan praktek perawat standar asuhan keperawatan hendaknya dapat digunakan dalam semua situasi pelayanan kesehatan. Standar asuhan keperawatan menjadi essensial terutama jika diterapkan dalam unit-unit pelayanan yang secara relatif terdapat sedikit jumlah perawat yang berpengalaman tapi harus memberikan pelayanan untuk berbagai jenis penyakit dan memnuhi kebutuhan kesehatan yang kompleks.

Berdasarkan uraian diatas tadi maka beberapa keuntungan dapat diperoleh dari adanya standar keperawatan sebagai dasar rasional dalam merencanakan keperawatan, mencapai efisiensi organisasi, mengevaluasi membina dan upaya perbaikan, alat komunikasi dan koordinasi asuhan keperawatan diseluruh system pelayanan kesehatan, menentukan kebutuhan perawat dan pola utilitasnya.

Aspek-aspek penting mengapa standar keperawatan harus ditentukan : pertama memebrikan arah kedua mencapai persetujuan sesuai harapan / ekspekstasi ketiga memantau dan menilai hasil memnuhi standar, tidak memenuhi standar atau melampaui standar, dan keempat merupakan petunjuk bagi organisasi/manajemen, profesi dan pasien dalam organisasi tatanan pelayanan untuk memperoleh hasil optimal.

PENGEMBANGAN STANDAR KEPERAWATAN

Dalam menata standar dibutuhkan pertimbangan-perimbangan kerangka kerja yang akan digunakan dan berbagai komponen agara standar terpenuhi, selanjutnya dipertimbangkan siapa yang menata standar dan bagaimana proses tersebut dikoordinasikan.

Kerangka kerja yang lazim dalam penataan standar 1) Donabedian Model – Struktur, proses, hasil, 2) Proses model "crossby" 3) Model kualitas enam dimensi "Maxwell dan 4) Model "Criteria Listing"(Crossby, 1989 dan Maxwell, 1984).

Standar keperawatan secara luas menggunakan dan mengadopsi kerangka kerja Model Donabedian yang dipadukan dengan berbagai konsep keprawatan.

Standar harus tersedia diberbagai tatanan dengan bermacam-macam pengertian dan persyaratan, namun essensial bagi setiap operasional pelayanan kesehatan. Keperawatan profesi yang paling responsive dalam menata standar karena banyak hal-hal yang berperan penting dalam asuhan pasien yang tidak disentuh (intangibles). Oleh karena itu dalam pengembangan standar keperawatan membutuhkan pengertian yang sangat mendasar tentang hakekat keperawatan sebagai persyaratan awal, harus diidentifikasi dengan jelas pengertian multifokal tujuan keperawatan. Selanjutnya perlu diidentifikasi hasil asuhan pasien / klien – hasil yang diharapkan menjadi standar asuhan, kemudian performance kinerja perawat professional berorientasi pada proses keperawatan – menjadi stanar praktek dan berpotensial tidak merugikan – struktur pengelolaan menjadi standar biaya / anggaran. Persyaratan awal diatas tadi untuk menentukan hasil yang spesifik dan kaitannya dengan proses keperawatan dan hasil yang diharapkan.

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Pengembangan standar praktek keperawatan di Indonesia merupakan tanggung jawab PPNI karena tekanan dan tuntutan kebutuhan terhadap kualitas asuhan keperawatan makin tinggi. Pengertian standar sangat luas namun harus dapat diterima dan dicapai. Dalam pengembangan standar dibutuhkan sumber-sumber pengembangan standar keperawatan.

Tujuan dan manfaat standar keperawatan pada dasarnya mengukur kuaitas asuhan kinerja perawat dan efektifitas menejemen organisasi. Dalam pengembangan standar menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang lazim sehingga dapat ditata siapa yang bertanggung jawab mengembangkan standar bagaimana proses pengembangan tersebut.

Berbagai jenis keperawatan dapat dikembangkan dengan focus, orientasi dan pendekatan yang saling mendukung.

Standar asuhan berfokus pada hasil pasien, standar praktik berorientasi pada kinerja perawat professional untuk memberdayakan proses keperawatan. Standar finansial juga harus dikembangkan dalam pengelolaan keperawatan sehingga dapat bermanfaat bagi pasien, profesi perawat dan organisasi pelayanan.

Semoga bermanfaat

Sumber referensi:
-PP PPNI
-Yohana R. Kawonal, SMIP., CVRN.

READ MORE - STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI – INDONESIA

Read more...

You KNOW you are a nurse when :

You KNOW you are a nurse when :
You believe that all bleeding stops ... eventually.

You find humor in other people's stupidity.

You believe that 90% of people are a poor excuse for protoplasm.

Discussing dismemberment over a gourmet meal seems perfectly normal to you.

Your idea of fine dining is anywhere you can sit down to eat.

You get an almost irresistible urge to stand and wolf your food even in the nicest restaurants.

You plan your dinner break whilst lavaging an overdose patient.

Your diet consists of food that has gone through more processing than most computers.

You believe chocolate is a food group.

You refer to vegetables and are not talking about a food group.

You have the bladder capacity of five people.

Your idea of a good time is a cardiac arrest at shift change.

You believe in aerial spraying of Prozac.

You disbelieve 90% of what you are told and 75% of what you see.

You have your weekends off planned for a year in advance.

You encourage an obnoxious patient to sign a self discharge form so you don't have to deal with them any longer.

You believe that "shallow gene pool" should be a recognized diagnosis.

You believe that the government should require a permit to reproduce.

You believe that unspeakable evils will befall anyone who utters the phrase "Wow, it's really quiet isn't it".

You threaten to strangle anyone who even starts to say the "q" word when it is even remotely calm.

You say to yourself "great veins" when looking at complete strangers at the grocery store.

You have ever referred to someone's death as a transfer to the "Eternal Care Unit".

You have ever wanted to hold a seminar entitled "Suicide ... Doing It Right".

You feel that most suicide attempts should be given a free subscription to "Guns and Ammo" magazine.

You have ever had a patient look you straight in the eye and say "I have no idea how that got stuck in there".

You have ever had to leave a patient's room before you begin to laugh uncontrollably.

Your favorite hallucinogen is exhaustion.

You think that caffeine should be available in I/V form.

You have ever restrained someone and it was not a sexual experience.

You believe the waiting room should be equipped with a Valium fountain.

You play poker by betting ectopics on ECG strips.

You want the lab to perform a "dumb shit profile".

You have been exposed to so many X-rays that you consider radiation a form of birth control.

You believe that waiting room time should be proportional to length of time from symptom onset.

Your most common assessment question is "what changed tonight to make it an emergency after 6 hours / days / weeks / months / years)?".

You have ever had a patient control his seizures when offered some food.

Your idea of gambling is an blood alcohol level pool instead of a football pool.

You shock someone with an unrecognizable rhythm ... until you get one you DO recognize.

You believe a book entitled 'Suicide: Getting it Right the First Time' will be your next project.

You have ever referred to someone's death as a 'transfer to part 3 accomodation'.

You can identify what kind of diarrhea it is just by the smell.

You will never name a daughter "Melena" or anything along those lines.. and laugh to yourself every time you hear someone by that name

You call subcutaneous emphysema "Rice Krispies".

Your immune system is so well developed that it has been known to attack squirrels in the backyard.


http://askep-askeb.cz.cc/
READ MORE - You KNOW you are a nurse when :

Read more...

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. PENDAHULUAN
Dalam lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa keperawatan adalah " suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia". Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Pada makalah ini akan dibahas secara singkat asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia di tatanan kliniK (clinical area), dimanan pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan (Yura and Walsh,1983) yang meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis), merencanakan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperawatan (Implementation) dan melakukan evaluasi (Evaluation)

LANDASAN HUKUM PENANGANAN LANJUT USIA
Filsafat Negara/P4
UUD 1945, pasal 27 ayat 2 dan pasal 34
UU No.9 tahun 1960, tentang pokok-pokok Kesehatan Bab I Pasal 1 ayat 1
UU No 4 tahun 1965, tentang pemberian Bantuan penghidupan orang tua
No.5 tahun 1`974, tentang pokok-pokok pemerintah di daerah
UU No.6 tahun 1974, tentang ketentuan-ketentuan pokok Kesejahteraan Sosial.
Keputusan Presiden RI No.44 tahun 1974
Program PBB tentang lansia, anjuran kongres International WINA tahun 1983
GBHN 1983/Pelita IV
Keputusan Menteri Sosial RI No 44 tahun 1974, tentang organisasi dan tata kerja Departemen Sosial Propinsi
UU No 10 tahun 1992, tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera.
UU No.11 tahun 1992 tentang dana pension
UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
Ketetapan MPR
Keputusan Menteri Sosial RI No. 27 tahun 1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial Propinsi
Delapan jalur pemerataan dan pelayanan kesehatan
Hari Lanjut Usia Nasional yang di canangkan oleh Bapak Presiden tanggal 29 Mei 1996 di Semarang
Undang Undang Kesejahteraan No. 13 tahun 1998, tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Tahun Lanjut Usia Internasional tahun 1999
Sasaran WHO tahun 2000


BEBERAPA ALASAN TIMBULNYA PERHATIAN KEPEDA LANJUT USIA
Meliputi:
Pensiunan dan masalah-masalahnya
Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke
Meningkatnya jumlah lanjut usia
Pencemaran pelayanan kesehatan
Kewajiban Pemerintahterhadap orang cacat dan jompo
perkembangan ilmu:
Program PBB
Konfrensi Internasional di WINA tahun 1983
Kurangnya jumlah tempat tidur di rumah sakit
Mahalnya obat-obatan
Tahun Lanjut Uaia Internasional 1 Oktober 1999

KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR BAGI LANSIA
Kegiatan ini menurut Depkes (1993 1b), dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti Wreda maupun Puskesmas, yang diberikanoleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas social yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti (Depkes, 1993 1b).
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:
Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.
Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet)

Dekubitus merupakan keadaan yang dapat di cegah , namun bila telah terlanjur terjadi akan memerlukan perawatan khusus. Adapun pengertian dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.

Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:
berkurangnya jaringan lemak subkutan
berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas
Menurunnya efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh
Adanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus.

Disamping itu, factor intrinsic (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya dekubitus, yakni:
Status gizi (bias underweight atau overweight)
Anemia
Adanya hipoalbuminemia
Adanya penyakit-penyakit neurologik
Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
Adanya dehidrasi

Factor ekstrinsik, yakni:
Kurang bersihnya tempat tidur
Alat-alat yang kusut dan kotor
Kurangnya perawatan/perhatian yang baik dari perawat


Dekubitus dapat dibagi dalam 4 derajat, yakni:
Derajat I: Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis. Daerah yang tertekan nampak kemerah-merahan/eritema atau lecet saja
Derajat II: Reaksi lebih dalam sampai mencapai dermis bahkan sampai ke subkutan. Di sini tampak ulkus dangkal dengan tepi yang jelas dan ada perubahan pigmen kulit
Derajat III: Untuk menjadi lebih dalam meliputi jaringan lemak subkutan dan cekung , berbatasan dengan fascia dari otot-otot: sudah dimulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.
Derajat IV: Ulkus meluas sampai menembus otot sehingga di dasar ulkus terlihat tulang yang bias terinfeksi dan berakibat osteomelitus.

Bila sudah terjadi dekubitus , segera tentukan stadium atau derajatnya, dan beikan tindakan medik dan keperawatannyasesuai apa yang dihadapi (Vander Cammen), 1991: My Kyta).

Dekubitus derajat I
Kulit yang kemerahan dibersuhkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian di masase 2-3 kali/hari, dan dilakukan posisi tidur secara selang seling (miring kanan, terlentang dan miring kiri).

Dekubitus derajat II
Disini sudah terjadi ulkus yang dangkal: perawatan luka harus memperlihatkan syarat-syarat aseptic dan antiseptic. Daerah bersangkutan di gosok-gosok dengan sedan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat diberikan salep topical, mungkin juga untuk merangsang granulasi. Pergantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena dapat merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.

Dekubitus derajat II
Ulkus yang sudah dalam, menggaung , atau cekung pada bungkus otot dan sering sudah ada infeksi: usahakan luka selalu bersih dan eksudat diusahakan dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga permeable untuk masuknya udara / oksigen dan penguapan. Kelembaban luka dijaga tetap basah kalau perlu dikompres karena akan mempermudah regenerasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat di kunci dengan larutan NaCl fisiologis, dan kalau perlu diberikan antibiotic sistemik.

Dekubitus derajat IV
Ulkus meluas sampai pada dasar tulang dan sering pula disertai jarinagan nekretik maka semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus dibersihkan dan jika perlu dibuang, sebab akan menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi. Setelah jaringan necrotic dibuang dan luka bersih, penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan. Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan oksigenasi pada luka, tindakan dengan ultrason untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah, dan sampai pada transplantasi kulit setempay. Mortalitas dekubitus derajat IV ini dapat 40 %. Oleh karena itu, walaupun ulkus telah sembuh harus diperhatikan kemungkinan timbul kambuh di daerah tersebut.

Perawatan rehabilitasi dasar juga dapat diberikan, misalnya: latihan menggerakkan sendi, perawatan pernafasar, dan otot-otot (Depkes, 1993Ib)

PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA
Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat di cegah atau di tekan progresifitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu:
Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan , mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang mendapat prhatian.
Disamping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan, dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
Untuuk klien lanjut usia yang masih aktifdapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku , kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan cara pindahdari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal ini penting meskipun tidak selalu keluhan-keluhan yang dikemukakan atau gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang pada klien lanju usia dihadapka pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif, misalnya gangguan serebrovaskuler mendadak, trauma, intoksikasi dan kejang-kejanh, untuk itu perlu pengamatan secermat mungkin .

Adapun komponen pendekatan fisik yang lebuh mendasar adalah memperhatikan ayau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancer, makanminum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan , tidur, menjaga sikap, tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran , beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badab, melindungi kulit dan keclakaan

Toleransi terhadap kakurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus disegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan melakukan gerak badanyang berlebihan.

Seorang perawat harus mampu memotifasi para klien lanjut usi agar mau dan menerima makanan yang disajikan.Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan agak lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi dan suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan mereka sesuai dengan diet yang dianjurkan.

Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu , kebersihan badan , tempat tidur, kebersihan rambut, kuku dan mulut atau gigi perlu mendapatperhatian perawatan karena semua itu akan mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia.

Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan , hal ini harus dilakukan kepada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala bila memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, .

Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada keluhan insomnia , harus dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan dengan mereka tentang cara pemecahannya.

Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut usia membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa keluhan yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah dimminum, apakah mereka bisa melasanakan ibadah dsb. Sentuhan (misalnya gangguan tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.
Pendekatan psikis
Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter , interpreter terhadap segal sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip " Tripple", yaitu sabar, simpatik dan service.

Pada dsarnya klien lanjut usia membutuhkan rsa aman dan cinta kasih saying dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawata.. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.

Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.

Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunyya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peninngkatan kewaspadaan , perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido.

Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi klien lanjuusia bila lupa melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.

Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan , perawat bila melakukannya secara perlahan –lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.

Pendekatan social
Mengadakan diskusi , tukar pikiran,dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesame klien usia berarti menciptakan sosialisasi kereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk social yang membutuhkan orang lain

Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misa jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain.

Tidak sedikit klien tidak tidur terasa , stress memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbilkan kekecewaan , ketakutan atau ke khawatiran, dan rasa kecemasan .
Tidak jarang terjadi pertengkarav dan pperlahian diantara lanju usia , hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun ter hadap pepetugas yang secara langsunga berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan social bagi lanjut usia di Panti Wreda.


Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenagan dan kepuaran batinn dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau mendeteksikematian.

Sehubungan dengan pedekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian , DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluatga dan lingkungan sekitarnya.

Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini.
Adapun kegelisahan yang timbul diakigatkan oleh persoalan keluargaperawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.

Umumnya pada waktu kematian akan dating agama atau kepercayaan sesorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapngkan dada klien lanjut usia.

Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.

TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari –hari secara mandiri dengan:
Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.
Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (life support)
menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan tmaupun akut)
Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu
Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit , masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)

FOKUS KEPERAWATAN LANJUT USIA
Peningkatan kesehatan (helth promotion)
Pencegahan penyakit (preventif)
Mengoptimalkan fungsi mental
Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

PENGKAJIAN
Tujuan:
Menentukan kemampuan klien untuk memlihara diri sendiri
Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu
Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien
Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.

Meliputi aspek:
Fisik
Wawancara:
Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia
Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
Kekuatan fisik lanjut usia: otot,sendi, penglihatan, dan pendengaran
Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BZAB/BAK
Kebiasaan gerak badan / olah raga/senam lanjut usia
Perubahan fungsi tubuh yang sanga bermaknang dirasakan
Kebiasaan lanju usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi , perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi tubuh
Pendekatan yang digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu:
Head to tea
Sistem tubuh

Psikologis
Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
Apakah optimis dalm memandang suatu kehidupan
Bagaimana mengatasi stress yang dialami
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
Apakah harapan pada ssaat ini akan dating
Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, prosespikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.

Sosial ekonomi
Dari man sumber keuangan lanjut usia
Apa saja kesibukan lanju usia dalam menisci waktu luang
Dengan siapa dia tinggal
Kegiatan organisasi apa yang diikutu lanjut usia
Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
Siap saj yang mengunjungi
Seberapa besar ketergantungannya
Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.

Spiritual
Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
Apakah secara teratur mengikuti atu terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin
Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalh apakah dengan berdoa
Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal

Pengkajian dasar
Temperatur
Mungkin serendah 95 F (hipotermi) kurang lebih 35 C
Lebih teliti dperiksa di sublingual
Pulse (denyt nadi)
kecepatan, irama, dan volume
Aplika, radial, pedal

Respirasi
Kecepatan, irama, dan kedalaman
Tidak terturnya pernafasan
Tekanan darah
Saat baring, duduk, berdiri
Hipotensi akibat posisi tubuh
BB hilang pada tahun-tahun terahir
Tingkat orientasi
Memory (ingatan)
Pola tidur
Penyesuaian psikososial


Sistem persyarafan
Kesimetrisan raut wajah
Tingkat kesadaran adanya perubahan dari otak
Mata: kejelasan melihat, adanya katarak
Pupil: kesamaan, dilatasi
Ketajaman penglihatan penurunan karena menua
Gangguan sensori (sensory deprivarion)
Ketajaman mendengaran
Adanya sakit dan nyeri

Sistem kardiovaskuler
status gizi
pemasukan diet
anoreksia, tidak direka , mual, dan mulut
mengunyah dan menelan
keadaah gigi, rahang, mual muntah
auskultasi bising usus
palpasi apakah perut kembung dan perlebatran kolon
apakah ada kondstipakl

Siatem gastrointertinal
warna dan bau urine
Distensi kandeng kemih, inkontinensia
Frekuensi, tekanan, atau desakan
Pemasukancairan dan pengeluarkan cairan
Disuria
Seksualitas.

Sistem kulit
Kulit
temperature, tingkat kelembaban
Keutuhan luka, luka terbakar, robekan
Turgor
Perubahan pigmen
Adanya jaringan parut
Keadaan kuku
Keadaan rambut
Adanga ganttuan umu

Sistem musculoskeletal
Kontraktur
atrofi otot
mengecilkan tendo
ketidakadekuatannya gerakan sendi
tingkat mobilisasi
ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan
keterbatasan gerak
kekuatan otot
kemampuan melangkah atau berjalan
gerakan sendi
paralysis
kifosis

Psikososial
Menunjukkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
Fokus pada diri bertambah
Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih saying yang berlebihan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Fisik/Biologis
Gangguan nutrisi :kurang/lebih dari kebutuhan tubuh b/d pemasukan yang tidak adequate
Gangguan persepsi sensorik : Pendengaran, penglihatan b/d hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan
Kurangnya perawatan diri b/d penurunan minat dalam merawat diri
Potensial cedera fisik b/d penurunan fungsi tubuh
Gangguan pola tidur b/d kecemasan atau nyeri
Perubahan pola eliminasi b/d kecemasan atau nyeri
Perubahan pola eliminasi b/d penyempitan jalan nafas atau adanya secret pada jalan nafas
Gangguan mobilitas fisik b/d kekuatan sendi

Psikososial
Isolasi social b/d perasaan curiga
Menarik diri dari lingkungan b/d perasaan tidak mampu
Depresi b/d isolasi social
Harga diri rendah b/d perasaan ditolak
Coping tidak adequate b/d ketidakmampuan mengemukakan perasaan secara tepat
Cemas b/d sumber keuangan yang terbatas

Spiritual
Reaksi berkabung atau berduka cita b/d ditinggal pasangan
Penolakan terhadap proses penuaan b/d ketidakstabilan menghadapi kematian
Marah terhadap tuhan b/d kegagalan yang dialami
Perasaan tidak tenang b/d ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat


RENCANA KEPERAWATAN
Meliputi :
Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan
Bekerjasama dengan profesi kesehatan yang lainnya
Tentukan prioritas :
Klien mugkin puas dengan situasio demikian
Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan
Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan
Cegah timbulnya masalah-masalah
Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan
Tulis semua rencana jadwal


Perencanaan
Tujuan tindakan keperawatan lansia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar, antara lain :
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Peningkatan keamanan dan keselamatan
Pemeliharaan kebersihan diri
Pemeliharaan keseimbangan istirahat/tidur
Meningkatnya hubungan interpersonal melalui komunikasi

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Penyebab gangguan nutrisi pada lansia :
Penurunan alat penciuman dan pengecap
Mengunyah kurang sempurna
Gigi yang tidak lengkap
Rasa penuh pada perut dan susah BAB
Melemah otot lambung dan usus
Masalah gizi yang timbul pada lansia :
Gizi berlebihan
Gizi kurang
Kekurangan vitamin
Kelebihan vitamin

Kebutuhan Nutrisi pada lansia :
Kalori pada lansia :
Laki – laki = 2.100 kalori
Perempuan = 1.700 kalori
Dapat dimodifikasi tergantung keadaan lansia, missal gemuk atau kurus atau disertai penyakit demam.
Karbohidrat, 60 % jumlah karbohidrat yang dibutuhkan
Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi penyakit, 15%-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20-25% dari total kalori yang dibuhkan
Vitamin dan mineralsama dengan kebutuhannya pada usia muda
Air, 6-8 gelas perhari

Rencana makanan untuk lansia
Berikan makanan porsi kecil tapi sering
Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin
Berikan makanan yang mengandung serat
Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori
Membatasi minum kopi dan teh

Meningkatkan keamanan dan Keselamatan lansia
Penyebab kecelakaan pada lansia :
Fleksibilitas kaki yang kurang
Fungsi penginderaan dan pendengaran menurun
Pencahayaan yang kurang
Lantai licin dan tidak rata
Tangga tidak ada pengaman
Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak
Tindakan Mencegah Kecelakaan :
Klien/Lansia :
Biarkan lansia menggunakan alat Bantu untuk meningkatkan keselamatan
Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur, jika tidur
Bila mengalami masalah fisik, misalnya rematik, latih klien untuk menggunakan alat Bantu untuk berjalan
Bantu ke kamar mandi terutama untuk lansia yang menmggunakan obat penenang /diuretic
Menggunakan kacamata bila berjalan atau melakukan sesuatu
Usahakan ada yang menemani, jika berpergian.

Lingkungan
Tempatkan klien di ruangan khusus dekat kantor sehingga mudah diobservasi bila lansia tersebut di rawat
Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannya
Gunakan tempat yang tidak terlalu tinggi


http://askep-askeb.cz.cc/

READ MORE - KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Read more...

Blog Archive

  © Free Medical Journal powered by Blogger.com 2010

Back to TOP