by Ners HarmokoA.   PENDAHULUAN
Dalam lokakarya Nasional  Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa keperawatan adalah "  suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada  ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural  dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia".  Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat  komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik  dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia.  Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien  karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta  kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas  kehidupan sehari-hari secara mandiri.
 Pada makalah ini akan dibahas  secara singkat asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia di tatanan  kliniK (clinical area), dimanan pendekatan yang digunakan adalah proses  keperawatan (Yura and Walsh,1983) yang meliputi pengkajian (assessment),  merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis), merencanakan  tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperawatan  (Implementation) dan melakukan evaluasi (Evaluation)
LANDASAN HUKUM  PENANGANAN LANJUT USIA
Filsafat Negara/P4
UUD 1945, pasal 27 ayat 2  dan pasal 34
UU No.9 tahun 1960, tentang pokok-pokok Kesehatan Bab I  Pasal 1 ayat 1
UU No 4 tahun 1965, tentang pemberian Bantuan  penghidupan  orang tua
No.5 tahun 1`974, tentang pokok-pokok  pemerintah di daerah
UU No.6 tahun 1974, tentang ketentuan-ketentuan  pokok Kesejahteraan Sosial.
Keputusan Presiden RI No.44 tahun 1974
Program  PBB tentang lansia, anjuran kongres International WINA tahun 1983
GBHN  1983/Pelita IV
Keputusan Menteri Sosial RI No 44 tahun 1974, tentang  organisasi dan tata kerja Departemen Sosial Propinsi
UU No 10 tahun  1992, tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga  sejahtera.
UU No.11 tahun 1992 tentang dana pension
UU No.23 tahun  1992 tentang kesehatan
Ketetapan MPR
Keputusan Menteri Sosial RI  No. 27 tahun 1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial  Propinsi
Delapan jalur pemerataan dan pelayanan kesehatan
Hari  Lanjut Usia Nasional yang di canangkan oleh Bapak Presiden tanggal 29  Mei 1996 di Semarang
Undang Undang Kesejahteraan No. 13 tahun 1998,  tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Tahun Lanjut Usia Internasional   tahun 1999
Sasaran WHO tahun 2000
BEBERAPA ALASAN TIMBULNYA  PERHATIAN KEPEDA LANJUT USIA
      Meliputi:
Pensiunan dan  masalah-masalahnya
Kematian mendadak karena penyakit jantung dan  stroke
Meningkatnya jumlah lanjut usia
Pencemaran pelayanan  kesehatan
Kewajiban Pemerintahterhadap orang cacat dan jompo
perkembangan  ilmu:
Program PBB
Konfrensi Internasional di WINA tahun 1983
Kurangnya  jumlah tempat tidur di rumah sakit
Mahalnya obat-obatan
Tahun  Lanjut Uaia Internasional 1 Oktober 1999
KEGIATAN ASUHAN  KEPERAWATAN DASAR BAGI LANSIA
Kegiatan ini menurut Depkes (1993 1b),  dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan  dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok,  seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti Wreda maupun Puskesmas,  yang diberikanoleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat  dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas social yang bukan tenaga  keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada  waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau  panti (Depkes, 1993 1b).
Adapun asuhan keperawatan dasar yang  diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia  aktif atau pasif, antara lain:
Untuk lanjut usia yang masih aktif,  asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygiene:  kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu: kebersihan diri  termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan  lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai,  misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran  jasmani.
Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung  pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan  keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada  lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau  petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi  dekubitus (lecet)
Dekubitus merupakan keadaan yang dapat di cegah ,  namun bila telah terlanjur terjadi akan memerlukan perawatan khusus.  Adapun pengertian dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai  jaringan di bawah kulit bahkan menembus otot sampai mengenai tulang  akibat adanya penekanan pada suatu area terus menerus sehingga  mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Lanjut usia  mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena perubahan kulit  berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:
berkurangnya  jaringan lemak subkutan
berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas
Menurunnya  efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih  tipis dan rapuh
Adanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga  potensi terjadinya dekubitus.
Disamping itu, factor intrinsic  (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya dekubitus, yakni:
Status  gizi (bias underweight atau overweight)
Anemia
Adanya  hipoalbuminemia
Adanya penyakit-penyakit neurologik
Adanya  penyakit-penyakit pembuluh darah
Adanya dehidrasi
Factor  ekstrinsik, yakni:
Kurang bersihnya tempat tidur
Alat-alat yang  kusut dan kotor
Kurangnya perawatan/perhatian yang baik dari perawat
Dekubitus  dapat dibagi dalam 4 derajat, yakni:
Derajat I: Reaksi peradangan  masih terbatas pada epidermis. Daerah yang tertekan nampak  kemerah-merahan/eritema atau lecet saja
Derajat II:  Reaksi lebih  dalam sampai mencapai dermis bahkan sampai ke subkutan. Di sini tampak  ulkus dangkal dengan tepi yang jelas dan ada perubahan pigmen kulit
Derajat  III: Untuk menjadi lebih dalam meliputi jaringan lemak subkutan dan  cekung , berbatasan dengan fascia dari otot-otot: sudah dimulai didapat  infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.
Derajat IV: Ulkus  meluas sampai menembus otot sehingga di dasar ulkus terlihat tulang yang  bias terinfeksi dan berakibat osteomelitus.
Bila sudah terjadi  dekubitus , segera tentukan stadium atau derajatnya, dan beikan tindakan  medik dan keperawatannyasesuai apa yang dihadapi (Vander Cammen), 1991:  My Kyta).
Dekubitus derajat I
Kulit yang kemerahan dibersuhkan  hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian di  masase 2-3 kali/hari, dan dilakukan posisi tidur secara selang seling  (miring kanan, terlentang dan miring kiri).
Dekubitus derajat II
Disini  sudah terjadi ulkus yang dangkal: perawatan luka harus memperlihatkan  syarat-syarat aseptic dan antiseptic. Daerah bersangkutan di gosok-gosok  dengan sedan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk merangsang  sirkulasi. Dapat diberikan salep topical, mungkin juga untuk merangsang  granulasi. Pergantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena  dapat merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
Dekubitus  derajat II
Ulkus yang sudah dalam, menggaung , atau cekung pada  bungkus otot dan sering sudah ada infeksi: usahakan luka selalu bersih  dan eksudat diusahakan dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal  dan sebaliknya transparan sehingga permeable untuk masuknya udara /  oksigen dan penguapan. Kelembaban luka dijaga tetap basah kalau perlu  dikompres karena akan mempermudah regenerasi sel-sel kulit. Jika luka  kotor dapat di kunci dengan larutan NaCl fisiologis, dan kalau perlu  diberikan antibiotic sistemik.
Dekubitus derajat IV
Ulkus  meluas sampai pada dasar  tulang dan sering pula disertai jarinagan  nekretik maka semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan  nekrotik yang ada harus dibersihkan dan jika perlu dibuang, sebab akan  menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi. Setelah jaringan necrotic  dibuang dan luka bersih, penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan.  Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan oksigenasi  pada luka, tindakan dengan ultrason untuk membuka sumbatan-sumbatan  pembuluh darah, dan sampai pada transplantasi kulit setempay. Mortalitas  dekubitus derajat IV ini dapat 40 %. Oleh karena itu, walaupun ulkus  telah sembuh harus diperhatikan kemungkinan timbul kambuh di daerah  tersebut.
Perawatan rehabilitasi dasar juga dapat diberikan,  misalnya: latihan menggerakkan sendi, perawatan pernafasar, dan  otot-otot (Depkes, 1993Ib)
PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA
Pendekatan  fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan,  kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya,  perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di  capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat di cegah atau di  tekan progresifitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut  usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu:
Klien lanjut usia yang  masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan  orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan  sendiri.
Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun,  yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus  mengetahui dasar perawatan klien usia lanjut  ini terutama tentang  hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk  mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam  usaha mencegah timbulnya peradangan , mengingat sumber infeksi  dapat  timbul bila keberhasilan kurang mendapat prhatian.
Disamping itu  kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan, dapat mempengaruhi  ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
Untuuk  klien lanjut usia yang masih aktifdapat diberikan bimbingan mengenai  kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut  dan kuku , kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan,  cara memakan obat, dan cara pindahdari tempat tidur ke kursi atau  sebaliknya. Hal ini penting meskipun tidak selalu keluhan-keluhan yang  dikemukakan atau gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak  jarang pada klien lanju usia  dihadapka pada dokter dalam keadaan gawat  yang memerlukan tindakan darurat dan intensif, misalnya gangguan  serebrovaskuler mendadak, trauma, intoksikasi dan kejang-kejanh, untuk  itu perlu pengamatan secermat mungkin .
Adapun komponen pendekatan  fisik yang lebuh mendasar adalah memperhatikan ayau membantu para klien  lanjut usia untuk bernafas dengan lancer, makanminum, melakukan  eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh  waktu berjalan , tidur, menjaga  sikap, tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran ,  beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian,  mempertahankan suhu badab, melindungi kulit dan keclakaan
Toleransi  terhadap kakurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu  kekurangan O2 yang mendadak harus disegah dengan posisi bersandar pada  beberapa bantal, jangan melakukan gerak badanyang       berlebihan.
Seorang  perawat harus mampu memotifasi para klien lanjut usi agar mau dan  menerima  makanan yang disajikan.Kurangnya kemampuan mengunyah sering  dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini  adalah dengan menghidangkan makanan agak lunak atau memakai gigi palsu.  Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang  serasi dan suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila  ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan mereka sesuai  dengan diet yang dianjurkan.
Kebersihan perorangan sangat penting  dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi bisa  saja timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu ,  kebersihan badan , tempat tidur, kebersihan rambut, kuku dan mulut atau  gigi perlu mendapatperhatian perawatan karena semua itu akan  mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia.
Perawat perlu mengadakan  pemeriksaan kesehatan , hal ini harus dilakukan kepada klien lanjut  usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala bila  memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, .
Perawat perlu  memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada keluhan  insomnia , harus dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan dengan  mereka tentang cara pemecahannya.
Perawat harus mendekatkan diri  dengan klien lanjut usia membimbing dengan sabar dan ramah, sambil  bertanya apa keluhan yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan,  apakah obat sudah dimminum, apakah mereka bisa melasanakan ibadah dsb.  Sentuhan (misalnya gangguan tangan) terkadang sangat berarti buat  mereka.
Pendekatan psikis
Disini perawat mempunyai peranan penting  untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat  dapat berperan sebagai supporter , interpreter terhadap segal sesuatu  yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat  yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam  memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima  berbagai bentuk keluhan  agar para lanjut usia merasa puas. Perawat  harus selalu memegang prinsip " Tripple", yaitu sabar, simpatik dan  service.
Pada dsarnya klien lanjut usia membutuhkan rsa aman dan  cinta kasih saying dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan  perawata.. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman ,  tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan  dan hobi yang dimilikinya.
Perawat harus membangkitkan semangat  dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus  asa , rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan  fisik, dan kelainan yang dideritanya.
Hal itu perlu dilakukan  karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin  lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti  menurunyya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya  kegairahan atau keinginan, peninngkatan kewaspadaan , perubahan pola  tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan  pergeseran libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari  masa lampau yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi klien  lanjuusia bila lupa melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran  ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.
Bila perawat  ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan ,  perawat bila melakukannya secara perlahan –lahan dan bertahap, perawat  harus dapat mendukung mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehinga  seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu  diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.
Pendekatan  social
Mengadakan diskusi , tukar pikiran,dan bercerita merupakan  salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan  untuk berkumpul bersama dengan sesame klien usia berarti menciptakan  sosialisasi kereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan  bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk social yang  membutuhkan orang lain
Penyakit memberikan kesempatan yang  seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan konunikasi dan  melakukan rekreasi, misa jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain.
Tidak  sedikit klien tidak tidur terasa , stress memikirkan penyakitnya, biaya  hidup,  keluarga yang dirumah sehingga menimbilkan kekecewaan ,  ketakutan atau ke khawatiran, dan rasa kecemasan .
Tidak jarang  terjadi pertengkarav dan pperlahian diantara lanju usia , hal ini dapat  diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban   bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai  hubungan komunikasi  baik sesama mereka maupun ter hadap pepetugas  yang secara langsunga   berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan social bagi lanjut usia di  Panti Wreda.
Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa  memberikan ketenagan dan kepuaran batinn dalam hubungannya dengan Tuhan  atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau mendeteksikematian.
Sehubungan  dengan pedekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi  kematian , DR. Tony styobuhi mengemukakn  bahwa maut sering kali   menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam  factor, seperti ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa  sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluatga dan lingkungan  sekitarnya.
Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia  akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan  cara dalam mengahadapi hidup ini.
Adapun kegelisahan yang timbul  diakigatkan oleh persoalan keluargaperawat harus dapat meyakinkan lanjut  usia bahwa kalaupun kelurga  tadi di tinggalkan , masih ada orang lain  yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran  lanjut usia.
Umumnya pada waktu kematian akan dating agama atau  kepercayaan sesorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu  inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapngkan dada klien  lanjut usia.                                                                                                                                                                                                 
Dengan  demikian pendekatan perawat pada klien  lanjut usia bukan hanya  terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan  pribadi  klien lanjut usia melalui agama mereka.
TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN  LANJUT USIA
Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari –hari  secara mandiri dengan:
Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari   mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.
Membantu  mempertahankan  serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien  lanjut usia (life support)
menolong dan merawat klien lanjut usia   yang menderita penyakit atau gangguan tmaupun akut)
Merangsang para  petugas kesehatan  untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang  tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu
Mencari upaya  semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu  penyakit , masih dapat mempertahankan  kebebasan yang maksimal tanpa  perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)
FOKUS  KEPERAWATAN LANJUT USIA
Peningkatan kesehatan (helth promotion)
Pencegahan  penyakit (preventif)
Mengoptimalkan fungsi mental
Mengatasi  gangguan kesehatan yang umum.
PENGKAJIAN
     Tujuan:
Menentukan  kemampuan klien untuk memlihara  diri sendiri
Melengkapi dasar-dasar  rencana perawatan individu
Membantu menghindarkan bentuk dan  penandaan klien
Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
       Meliputi aspek:
Fisik
      Wawancara:
Pandangan lanjut  usia tentang kesehatannya
Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia
Kebiasaan  lanjut usia merawat diri sendiri
Kekuatan fisik lanjut usia:  otot,sendi, penglihatan, dan pendengaran
Kebiasaan makan, minum,  istirahat/tidur, BZAB/BAK
Kebiasaan gerak badan / olah raga/senam  lanjut usia
Perubahan fungsi tubuh yang sanga bermaknang dirasakan
Kebiasaan  lanju usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat.
Pemeriksaan  fisik
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi , perkusi,  dan auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi tubuh
Pendekatan  yang digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu:
Head to tea
Sistem  tubuh
Psikologis
Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
Bagaimana  sikapnya terhadap proses penuaan
Apakah dirinya merasa dibutuhkan  atau tidak
Apakah optimis dalm memandang suatu kehidupan
Bagaimana  mengatasi stress yang dialami
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
Apakah  lanjut usia sering mengalami kegagalan
Apakah harapan pada ssaat  ini akan dating
Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya  ingat, prosespikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam  penyelesaian masalah.
Sosial ekonomi
Dari man sumber keuangan  lanjut usia
Apa saja kesibukan lanju usia dalam menisci waktu luang
Dengan  siapa dia tinggal
Kegiatan organisasi apa yang diikutu lanjut usia
Bagaimana  pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
Berapa sering lanjut  usia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
Siap saj yang  mengunjungi
Seberapa besar ketergantungannya
Apakah dapat  menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.
Spiritual
Apakah  secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
Apakah  secara teratur mengikuti atu terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,  misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin
Bagaimana  cara lanjut usia menyelesaikan masalh apakah dengan berdoa
Apakah  lanjut usia terlihat sabar dan tawakal
      Pengkajian dasar
Temperatur
Mungkin  serendah 95 F (hipotermi) kurang lebih 35 C
Lebih teliti dperiksa di  sublingual
Pulse (denyt nadi)
kecepatan, irama, dan volume
Aplika,  radial, pedal
Respirasi
Kecepatan, irama, dan kedalaman
Tidak  terturnya pernafasan
Tekanan darah
Saat baring, duduk, berdiri
Hipotensi  akibat posisi tubuh
BB hilang pada tahun-tahun terahir
Tingkat  orientasi
Memory (ingatan)
Pola tidur
Penyesuaian psikososial
Sistem  persyarafan
Kesimetrisan raut wajah
Tingkat kesadaran adanya  perubahan dari otak
Mata: kejelasan melihat, adanya katarak
Pupil:  kesamaan, dilatasi
Ketajaman penglihatan penurunan karena menua
Gangguan  sensori (sensory deprivarion)
Ketajaman mendengaran
Adanya sakit  dan nyeri
Sistem kardiovaskuler
status gizi
pemasukan diet
anoreksia,  tidak direka , mual, dan mulut
mengunyah dan menelan
keadaah  gigi, rahang, mual muntah
auskultasi bising usus
palpasi apakah  perut kembung dan perlebatran kolon
apakah ada kondstipakl
Siatem  gastrointertinal
warna dan bau urine
Distensi kandeng kemih,  inkontinensia
Frekuensi, tekanan, atau desakan
Pemasukancairan dan  pengeluarkan cairan
Disuria
Seksualitas.
Sistem kulit
Kulit
temperature,  tingkat kelembaban
Keutuhan luka, luka terbakar, robekan
Turgor
Perubahan  pigmen
Adanya jaringan parut
Keadaan kuku
Keadaan rambut
Adanga  ganttuan umu
Sistem musculoskeletal
Kontraktur
atrofi  otot
mengecilkan tendo
ketidakadekuatannya gerakan sendi
tingkat  mobilisasi
ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan
keterbatasan  gerak
kekuatan otot
kemampuan melangkah atau berjalan
gerakan  sendi
paralysis
kifosis
Psikososial
Menunjukkan  tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
Fokus pada diri bertambah
Memperlihatkan  semakin sempitnya perhatian
Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih  saying yang berlebihan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Fisik/Biologis
Gangguan  nutrisi :kurang/lebih dari kebutuhan tubuh b/d pemasukan yang tidak  adequate
Gangguan persepsi sensorik : Pendengaran, penglihatan b/d  hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan
Kurangnya perawatan  diri b/d penurunan minat dalam merawat diri
Potensial cedera fisik  b/d penurunan fungsi tubuh
Gangguan pola tidur b/d kecemasan atau  nyeri
Perubahan pola eliminasi b/d kecemasan atau nyeri
Perubahan  pola eliminasi b/d penyempitan jalan nafas atau adanya secret pada jalan  nafas
Gangguan mobilitas fisik b/d kekuatan sendi
Psikososial
Isolasi  social b/d perasaan curiga
Menarik diri dari lingkungan b/d perasaan  tidak mampu
Depresi b/d isolasi social
Harga diri rendah b/d  perasaan ditolak
Coping tidak adequate b/d ketidakmampuan  mengemukakan perasaan secara tepat
Cemas b/d sumber keuangan yang  terbatas
Spiritual
Reaksi berkabung atau berduka cita b/d  ditinggal pasangan
Penolakan terhadap proses penuaan b/d  ketidakstabilan menghadapi kematian
Marah terhadap tuhan b/d  kegagalan yang dialami
Perasaan tidak tenang b/d ketidakmampuan  melakukan ibadah secara tepat
RENCANA KEPERAWATAN
       Meliputi :
Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan
Bekerjasama  dengan profesi kesehatan yang lainnya
Tentukan prioritas :
Klien  mugkin puas dengan situasio demikian
Bangkitkan perubahan tetapi  jangan memaksakan
Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan  kebutuhan
Cegah timbulnya masalah-masalah
Sediakan klien cukup  waktu untuk mendapat input atau pemasukan
Tulis semua rencana jadwal
Perencanaan
Tujuan  tindakan keperawatan lansia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar,  antara lain :
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Peningkatan keamanan dan  keselamatan
Pemeliharaan kebersihan diri
Pemeliharaan  keseimbangan istirahat/tidur
Meningkatnya hubungan interpersonal  melalui komunikasi
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Penyebab  gangguan nutrisi pada lansia :
Penurunan alat penciuman dan pengecap
Mengunyah  kurang sempurna
Gigi yang tidak lengkap
Rasa penuh pada perut dan  susah BAB
Melemah otot lambung dan usus
Masalah  gizi yang timbul  pada lansia :
Gizi berlebihan
Gizi kurang
Kekurangan vitamin
Kelebihan  vitamin
Kebutuhan Nutrisi pada lansia :
Kalori pada lansia :
Laki  – laki = 2.100 kalori
Perempuan = 1.700 kalori
Dapat dimodifikasi  tergantung keadaan lansia, missal gemuk atau kurus atau disertai  penyakit demam.
Karbohidrat, 60 % jumlah karbohidrat yang dibutuhkan
Lemak,  tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi  penyakit, 15%-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
Protein, untuk  mengganti sel-sel yang rusak, 20-25% dari total kalori yang dibuhkan
Vitamin  dan mineralsama dengan kebutuhannya pada usia muda
Air, 6-8 gelas  perhari
Rencana makanan untuk lansia
Berikan makanan porsi  kecil tapi sering
Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin
Berikan  makanan yang mengandung serat
Batasi pemberian makanan yang tinggi  kalori
Membatasi minum kopi dan teh
Meningkatkan keamanan dan  Keselamatan lansia
Penyebab kecelakaan pada lansia :
Fleksibilitas  kaki yang kurang
Fungsi penginderaan dan pendengaran menurun
Pencahayaan  yang kurang
Lantai licin dan tidak rata
Tangga tidak ada pengaman
Kursi  atau tempat tidur yang mudah bergerak
Tindakan Mencegah Kecelakaan :
Klien/Lansia  :
Biarkan lansia menggunakan alat Bantu untuk meningkatkan  keselamatan
Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
Biasakan  menggunakan pengaman tempat tidur, jika tidur
Bila mengalami masalah  fisik, misalnya rematik, latih klien untuk menggunakan alat Bantu untuk  berjalan
Bantu ke kamar mandi terutama untuk lansia yang  menmggunakan obat penenang /diuretic
Menggunakan kacamata bila  berjalan atau melakukan sesuatu
Usahakan ada yang menemani, jika  berpergian.
Lingkungan
Tempatkan klien di ruangan khusus dekat  kantor sehingga mudah diobservasi bila lansia tersebut di rawat
Letakkan  bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannya
Gunakan tempat  yang tidak terlalu tinggi
http://askep-askeb.cz.cc/