PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI
>> Monday, March 22, 2010
PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI
PENDAHULUAN
Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya anatara lain ibu tidak memproduduksi cukup ASI atau bayinya tidak mau menghisap. Sesungguhnya hal ini tidak disebabkan kerena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu kurang percaya diri bahwa Asi-nya cukup untuk bayinya. Disamping itu cara-cara menyusui yang tidak baik dan tidak benar dapat menimbulkan gangguan pada putting susu ibu.
Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui menyebabkan ibu-ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada pemberian susu formula atau yang lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi ibu-ibu tidak menyusui bayinya terutama yang berdomisili di perkotaan antara lain adalah :
• Kurangnya dukungan dari keluarga untuk menyusui seperti yang dialami ibu-ibu di pedesaan. Di perkotaan ibu-ibu banyak memperoleh informasi tentang penggunaan susu formula.
• Ibu-ibu di perkotaan rata-rata melahirkan di Rumah sakit atau di Rumah bersalin yang tidak menganjurkan menyusui dan tidah menerapkan pelayan rawat gabung serta tidak menyediakan fasilitas Klinik laktasi.
• Pengaruh kemajuan teknologi dan perubahan sosial budaya mengakibatkan ibu-ibu diperkotaan rata-rata bekerja diluar rumah dan makin meningkat daya belinya mereka menganggap lebih praktis membeli dan memberikan susu formula daripada menyusui.
Di daerah pedesaan rata-rata ibu menyusui bayi mereka, namun hasil penelitian menunjukan pengaruh kebiasaan yang kurang menunjang pamanfaatan ASI secara optimal, seperti pemberian pralaktal, pemberian makanan/minuman pengganti ASI karena ASI belum keluar untuk hari-hari pertama setelah melahirkan.
Jenis makanan tersebut dapat membahayakan kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk merangsang produksi ASI sedini mungkin melalui hisapan bayi pada payudara ibu.
Penelitian menunjukan peningkatan penggunaan susu formula. Jumlah ibu-ibu yang memberikan ASI pada bayi usia 0-3 bulan di perkotaan sebanya 47%. Sedangkan di pedesaan sebanyak 55 %.
Beberapa alasan ibu-ibu menghentikan pemberian ASI kepada bayi adalah:
• Produksi ASI kurang (32%)
• Ibu bekerja (16%)
• Ingin dianggap modern (4%)
• Masalah pada putting susu (28%)
• Pengaruh iklan pada susu formula (16%)
• Pengaruh orang lain terutama keluarga (4%)
Oleh karena itu dukungan untuk pemberian ASI sangat diperlukan dari keluarga , masyarakat dan petugas kesehatan untuk menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas .
PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI
A. Anatomi Fisiologi Payudara
1) Anatomi dan Fisiologi Payudara
Payudara disebut Glandulla Mammae, berkembang sejak usia janin 6 minggu dan membesar karena pengaruh hormon ibu yang tinggi yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen meninggkatkan pertumbuhan duktus-duktus dan saluran penampung. Prosesteron merangsang pertumbuhan tunas-tunas alveoli. Hormon-hormon lain seperti prolaktin, growth hormon, adenokostikosteroid. dan tiroid juga diperlukan dalam kelenjar air susu.
Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Diameter payudara sekitar 10-12 cm. Pada wanita yang tidak hamil berat rata-r4ata sekitar 200 gram, tergantung individu. Pada akhir kehamilan beratnya berkisar 400-600 gram, sedangkan pada waktu menyusui beratnya mencapai 600-800 gram.
Besarnya payudara setiap wanita berbeda, tidak menjadi ukuran banyaknya ASI yang di produksi. Payudara terbagi 3 bagian:
1. Korpus ( badan ) yaitu bagian yang besar
2. Areola yaitu bagian tengah yang berwarna kehitaman
3. Papilla ( putting ) yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Struktur payudara terdiri dari 3 bagian yaitu :
a. Kulit
b. Jaringan subkutan ( jaringan di bawah kulit )
c. Corpus mammae terdiri dari :
o Parenkin : duktus laktiferus uktus), duktulus (duktuli), lobus,alveoli.
o Stroma
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap duktus bercabang-cabang menjadi
20-40 duktuli. Duktulus bercabang-cabang menjadi 10-100 alveolus yang berfungsi sebagai satu kasatuan kelenjar. Payudara merupakan kumpulan dari sejumlah kelenjar susu tunggal.
Masing-masing duktus akan membentuk lobus dan duktulus akan
membentuk lobulus. Duktulus dan duktus berpusat kearah puting susu.
Sebelum bermuara pada puting susu, masing-masing duktus melebar membentuk ampulla atau sinus yang akan berfungsi sebagai gudang air susu ibu. Sinus, duktus, dan alveolus dikelilingi oleh myoepitel yang dapat
berkontraksi untuk memompa ASI. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang memberi zat-zat gizi pada sel-sel kelenjar air susu untuk proses pembentukan atau sintesis air susu ibu.
Bagian stroma mdari payudara tersusun dari bagian-bagian berikut
1. Jaringan ikat
2. Jaringan lemak
3. Pembuluh darah
4. Syaraf
5. Pembuluh limpa
Puting susu dan areola (daerah sekitar puting susu yang berpigmentasi lebih) adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting susu dan areola terdapat ujung-ujung syaraf peraba yang penting pada proses refleks saat menyusui. Puting susu mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusu. Dengan cekapan bibir bayiyang menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluar dengan lancar.
Pada umumnya putting susu menonjol keluar. Meskipun demikian, kadang dijumpai putting yang panjang, datar (flat nipples), atau masuk ke dalam (inverted nipples). Namun, bentuk putting tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi. Hal terpenting adalah bahwa putting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan seperti dot ke dalam mulut bayi. Kadang-kadang terdapat pula putting yang tidak lentur, terutama pada bentuk yang terbenam sehingga butuh penanganan khusus, ibu dengan kondisi seperti itu perlu mendapatkan perawatan payudara sejak sebelum masa laktasi.
Pada ujung putting susu terdapat 15-25 muara lobus (duktus laktiferus), sedangkan areola mengandung sejumlah kelenjar, misalnya Kelenjar Montgory yang berfungsi sebagai kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar putting tetap lunak dan lentur.
2) Fisiologi Laktasi
Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibanding dengan yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan laktasi mempunyai hubungan dengan makanan, faktor endokrin, dan faktor fisiologi. Laktasi mempunyai dua pengertian berikut ini :
1. Pembentukan / produksi air susu
2. Pengeluaran air susu
Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai besarnya. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya kelenjar payudara proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel- kelenjar pembuatan air susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormon yang dihasilkan plasenta yaitu laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan progesteron. Selain itu, perubahan tersebut juga disebabkan bertambah lancarnya peredaran darah pada payudara.
Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung putting keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi (keluarnya) cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Keadaan tersebut adalah normal, meskipun cairan yang dihasilkan tidak berlebihan sebab meskipun kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu juga dihambat oleh hormon estrogen.
Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin dan estrogen. Oleh karena itu, air susu ibu segera keluar. Biasanya, pengeluaran air susu dimulai pada hari kedua atau ketiga setelah kelahiran. Setelah persalinan, segera susu-kan bayi karena akan memacu lepasnya prolaktin dari hipofise sehingga pengeluaran air susu bertambah lancar. Dua hari pertama pasca persalinan, payudara kadang-kadang terasa penuh dan sedikit sakit. Keadaan yang disebut engorgement disebabkan oleh bertambahnya peredaran darah ke payudaran serta mulainya laktasi yang sempurna.
3) Refleks pada laktasi
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi. Refleks yang terjadi pada ibu, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran (let down reflex). Kedua refleks ini bersumber dari rangsangan putting susu akibat isapan bayi. Adapun refleks pada bayi, yaitu refleks menangkap (rooting refleks), refleks mengisap, dan refleks menelan. Refleks tersebut adalah dasar dari laktasi.
a. Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah.
Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air susu. Jadi, semakin sering bayi menyusu, semakin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise, sehingga semakin banyak air susu yang diproduksi oleh sel kelenjar. Prolaktin terdiri dari protein yang sangat kompleks dan belum dapat dibuat secara sintesis. Oleh karena itu, tindakan sering menyusui bayi merupakan cara terbaik untuk mendapatkan air susu yang banyak.
b. Refleks Aliran
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai bagian belakang kelenjar hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam darah. Oksitosin akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu.
Dengan demikian, sering menyusui sampai payudara terasa kosong sangat penting agar tidak terjadi pembendungan pada payudara. Pembendungan pada payudara akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit. Tidak jarang, mengakibatkan payudara mudah terkena infeksi. Kadang-kadang, tekanan akibat kontraksi otot-otot polos tersebut begitu kuat sehingga air susu menyembur keluar. Hal ini dapat menyebabkan bayi tersedak. Keluarnya air susu karena kontraksi otot polos tersebut disebut refleks aliran.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos rahim berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding rahim dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir harus segera disusukan pada ibunya jika keadaan memungkinkan. Dengan seringnya menyusui, penciutan rahim akan semakin cepat dan makin baik. Perlu ibu ketahui, tidak jarang perut ibu terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui. Hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya rahim pada bentuk semula.
Refleks aliran dipengaruhi oleh keadaan kejiwaan ibu, Rasa khawatir dan rasa sakit (misalnya luka jahitan) yang dirasakan ibu dapat menghambat refleks tersebut. Diduga, hal tersebut menyebabkan lepasnya adrenalin yang menghambat oksitosin tidak dapat mencapai otot polos. Dengan demikian, tidak ada rangsangan kontraksi dari otot polos.
c. Refleks Menangkap (Rooting Reflex)
Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Jika bibirnya dirangsang atau disentuh, bayi akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu. Keadaan tersebut dikenal dengan istilah reflaks menangkap.
d. Refleks Mengisap.
Reflaks mengisap pada bayi akan timbul jika putting merangsang langit-langit (palatum) dalam mulutnya. Untuk dapat merangsang langit-langit bagian belakan secara sempurna, sebagian besar areola harus tertangkap oleh mulut (masuk ke dalam mulut) bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan oleh gusi, lidah, serta langi-langit sehingga air susu diperas secara sempurna ke dalam mulut bayi.
e. Refleks Menelan
Air susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan sebagai pernyataan reflaks menelan dari bayi. Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan putting susu dan areola untuk mengisi rongga mulut. Oleh karena itu, sebagian besar areola harus ikut ke dalam mulut. Lidah bayi akan menekan ASI keluar dari sinus laktiferus yang berada di bawah areola.
Mekanisme menyusu pada payudara berbeda dengan mekanisme minum dengan botol ayau dot. Dot memiliki karet panjang yang tidak perlu diregangkan sehingga bayi tidak perlu mengisap kuat. Jika bayi telah diajarkan minum dari botol/dot, akan timbul kesulitan menyusu pada ibunya. Ia akan mencoba mengisap, seperti halnya mengisap dot. Pada keadaan ini, ibu dan bayi perlu bantuan untuk belajar proses ini dengan baik dan benar.
Berikut mekanisme menyusu pada ibu :
• Bibir bayi menangkap putting selebar areola.
• Lidah menjulur ke depan untuk menangkap putting.
• Lidah ditarik mundur untuk membawa putting menyentuh langit-langit dan areola di dalam mulut bayi.
• Timbul refleks mengisap pada bayi dan refleks aliran pada ibu.
Berikut mekanisme menyusu menggunakan dot :
o Bibir terbuka untuk menerima putting dari dot dan otot-otot pipi mengendor.
o Putting karet terletak di atas lidah, menyentuh langit-langit lunak.
o Lidah bergerak ke depan untuk menekan putting karet pada gusi dan langit-langit sedemikian rupa untuk mengatur aliran susu.
Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI :
• MotivaSi diri dan dukungan suami/keluarga untuk menyusui bayinya sangat penting.
• Adanya pembengkakan payudara karena bendungan ASI.
• Pengosongan ASI yang tidak teratur.
• Kondisi status gizi ibu yang buruk dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI.
• Ibu yang lelah atau kurang istirahat /stress /sakit.
Oleh karena itu, hindari faktor-faktor di atas dengan lebih meningkatkan percaya diri, melakukan perawatan payudara secara rutin, serta lebih sering menyusui tanpa dijadwal sesuai kebutuhan bayinnya. Semakin sering bayi menyusu dan semakin kuat daya isapnya, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak.
Produksi ASI selalu berkesinambungan. Setelah payudara disusukan, ASI akan terasa kosong dan payudara melunak. Pada keadaan ini ibu tetap tidak akan kekurangan ASI karena ASI akan terus diproduksi, asal bayi tetap mengisap serta ibu cukup makan dan minum. Selain itu ibu mempunyai keyakinan mampu memberikan ASI pada bayinya. Dengan demikian, ibu dapat menyusui bayinya secara eksklusif murni selama 4-6 bulan dan tetap memberikan ASI sampai anak berusia dua tahun untuk mendapatkan anak yang sehat dan cerdas.
B. Dukungan Bidan Dalam Memberikan ASI
1. Yakinkan ibu bahwa ibu dapat menyusui, dan ASI adalah yang terbaik untuk bayinya serta ibu dapat memproduksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi dan tidak tergantung pada besar kecilnya payudara ibu.
2. Memastikan bayi mendapat ASI yang cukup
3. Membantu ibu mengembangkan keterampilan dalam menyusui.
4. Ibu mengetahui setiap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya dan mengerti bahwa perubahan tersebut normal.
5. Ibu mengetahui dan mengerti akan pertumbuhan dan perilaku bayi dan bagaimana seharusnya menghadapi dan mengatasinya.
6. Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
7. Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam pertama. Ini penting sekali untuk membina hubungan/ikatan disamping bagi pemberian ASI. Bayi yang normal berada dalam keadaan bangun dan sadar selama beberapa jam pertama sesudah lahir. Kemudian mereka akan memasuki suatu masa tidur pulas. Penting untuk membuat bayi menerima ASI pada waktu masih terbangun tersebut. Seharusnya dilakukan perawatan mata bayi pada jam pertama sebelum atau sesudah bayi menyusui untuk pertama kalinya. Buatlah bayi merasa hangat dengan membaringkannya dan menempel pada kulit ibunya dan menyelimuti mereka. Jika mungkin dilakukan ini paling sedikit 30 menit, karena pada saat itulah kebanyakan bayi siap menyusui.
10
8. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul. Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu bersih untuk mencegah kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Ini juga mencegah luka pada putting susu dan infeksi pada payudara. Seorang ibu harus mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui bayinya. Ibu juga harus mencuci tangan sesudah membuang air kecil atau air besar atau menyentuh sesuatu yang kotor.
Ibu harus membersihkan payudaranya dengan air bersih satu kali sehari, tidak boleh mengoleskan krim, minyak, alkohol atau sabun pada putting susunya.
9. Bantulah ibu waktu pertama kali memberi ASI.
Posisi menyusui yang benar disini adalah penting.
- Berbaring miring. Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri
- Duduk. Penting untuk memberikan topangan / sandaran pada
punggung ibu dalam posisinya tegak lurus (90’) terhadap
pangkuannya.
Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara.
a. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
b. Mulut dan dagunya berdekatan denga payudara.
c. Areola tidak akan bisa terlihat denga jelas.
d. Anda dapat melihat bayi melakukan hisapan yang lamban dan dalam, dan
e. menelan ASI-nya.
f. Bayi terlihat tenang dan senang.
g. Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada putting susu.
10. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat gabung, rooming in). Dengan demikian ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Ibu harus belajar mengenali tanda-tanda yang menunjukan bahwa bayinya lapar. Bila ibu terpisah tempatnya dari bayi maka ibu akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda tersebut.
11. Memberikan ASI sesering mungkin.
Biasanya bayi baru lahir minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Selama 2 hari pertama sesudah lahir beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI pada bayi dengan cara membangunkannya selama siklus tidurnya setia 2-3 jam.
12. Memberikan Kolostrum dan ASI saja
Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI ibunya, karena ibu memproduksi ASI tergantung pada seberapa banyak ASI dihisap oleh bayi. Makin banyak ASI yang dihisap oleh bayi makin banyak produksi ASI ibu.
13. Hindari susu botol dan dot empeng.
Susu botol dan dot empeng membuat bayi bingung putting karena mekanisme menghisap botol dandot empeng berbeda dari mekanisme menghisap putting susu pada ibunya.
14. Mendukung suami dan keluarga yang mengerti bahwa ASI dan menyusui paling baik untuk bayi, untuk memberikan dorongan yang baik bagi ibu agar lebih berhasil dalam menyusui
15. Peran petugas kesehatan sangat penting dalam membantu ibu-ibu menyusui yang mengalami hambatan dalam menyusui.
16. Imflikasi kode WHO, yaitu a.l : melarang promosi PASI, melarang pemberian sample PASI, bidan tidak boleh menerima hadiah dari produsen PASI, mencantumkan komposisi dan mencantumkan bahwa ASI adalah yang terbaik, petugas harus mendukung pemberian ASI,
C. Manfaat Pemberian ASI
1. Manfaat bagi bayi
1) ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi, mengandung
protein yang spesipik untuk perlindungan terhadap alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh
2) Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protei, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang.
3) ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit.
4) Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan ideal.
5) ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi.
6) Secara alamiah ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia kelahiran bayi.
7) ASI bebas kuman karena diberikan langsung dari payudara sehingga kebersihannya terjamin.
8) ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan.
9) Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu mengurangi insiden maloklusi dan membentu otot pipi yang baik.
10) ASI memberikan keuntungan psikologis.
11) Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
2. Manfaat Untuk Ibu.
1) Aspek kesehatan ibu.
a. Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk semula dan mengurangi perdarahan post partum karena isapan bayi pada payudara akan merangsang kelenjar hipopise untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin bekerja untuk kontraksi saluran ASI pada kelenjar air susu dan merangsang kontraksi uterus
b. Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan mempercepat kehilangan lemak.
c. Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian karsinoma payudara dan karsinoma ovarium.
d. Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai sehingga dapat diberikan kapan dan dimana saja.
2) Aspek Keluarga Berencana
Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda kesuburan.
3) Aspek Psikologis
Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.
3. Manfaat Untuk Keluarga
a. Aspek Ekonomi
• Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli
• Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak mudah terkena infeksi
b. Aspek Psikologis
Memberikan kebahagian pada keluarga dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c. Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan setiap saat.
4. Manfaat Untuk Negara
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
Faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik, karena ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi.
b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
Subsidi untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi serta mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial.
c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula.
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional, jika semua ibu menyusui dapat menghemat devisa yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
D. Komposisi Gizi Dalam ASI
1. Lemak
Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI dengan kadar 3,5%-4,5%. Lemak mudah diserap oleh bayi karena enzim lipase yang terdapat dalam sistem pencernaan bayi dan ASI akan mengurai Trigliserida menjadi Gliserol dan Asam Lemak. Keunggulan lemak ASI mengandung asam lemak esensial yaitu Docosahexaenoic Acid (DHA) Arachionoic Acid (AA) berguna untuk pertumbuhan otak. Kadar kolesterol dalam ASI lebih tinggi karena untuk merangsang enzim protektif yang membuat metabolisme kolesterol menjadi efisien.
2. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalamASI adalah laktose dengan kadar 7 gram %. Laktose mudah terurai menjadi Glukose dan Galaktose oleh enzim Laktose yang terdapat dalam mukosa saluran pencernaan bayi sejak lahir. Laktose juga bermanfaat untuk mempertinggi absofsi Kalsium dan merangsang pertumbuhan Laktobasilus Bifidus.
3. Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey kadarnya 0,9 %. Selain itu
terdapat dua macam asam amino yaitu sistin dan taurin. Sistin diperluka untuk pertumbuhan somatik sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak
4. Garam dan Mineral.
- Zat Besi
Jumlah zat besi dalam ASI termasuk sedikit tetapi mudah diserap. Zat besi berasal dari persediaan zat besi sejak bayi lahir, dari pemecahan sel darah merah dan dari zat besi yang terkandung dalam ASI. Dengan ASI bayi jarang kekurangan zat besi
- Seng
Seng diperlukan untuk pertumbuhan perkembangan dan imunitas, juga diperlukan untuk mencegah penyakit akrodermatitis enteropatika (penyakit kulit dan sistim pencernaan)
5. Vitamin
- Vitamin K
Berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah.
- Vitamin E
Banyak terkandung dalam kolostrum.
- Vitamin D
Berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi.
6. Zat Protektif
- Imunoglobulin
Semua jenis imunoglobulin terdapat dalam ASI, seperti IgA, IgG, IgM, IgD, dan IgE yang berguna untuk imunitas terhadap penyakit.
- Lisosi
Enzim lisosim dalam ASI berfungsi untuk memecah dinding bakteri dan antiinflamasi.
- Laktoperoksidase
Enzim ini beserta dengan peroksidase hidrogen dan ion tioksinat membantu membunuh streptokokus.
- Lactobasillus bifidus
Lactobasilus bifidus berfungsi mengubah laktose menjadi asam laktat dan asam asetat, menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan mokroorganisme patogen.
- Lactoferin dan trasferin
Kedua zat ini merupakan peotein dalam ASI yang berfungsi menghambat pertumbuhan stapilokokus dan E.coli , dengan cara mengikat zat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya sehingga kuman tersebut tidak mendapatkan zat besi.
- Komplemen C3 dan C4
Komplemen C3 dan C4 berguna sebagai faktor pertahanan.
- Sel makrofag
Sel makrofag berfungsi membunuh kuman dan membentuk kimplemen C3, C4, lisosim serta lactoferin.
- Lipase : Lipase merupakan zat anti virus
E. Upaya Memperbanyak ASI
1. Bimbingan prenatal
2. Perawatan payudara dan putting susu sedini mungkin dimulai sejak kehamilan trisemester III.
3. Menyusui sedini mungkin segera setelah melahirkan.
4. Menyusui on demand yaitu menyusui sesering mungkin sesuai dengan kehendak bayi tanpa dijadwal.
5. Menyusui dengan posisi yang benar.
6. Memberikan ASI ekslusif
7. Pemberian gizi pada ibu hamil dengan baik dan seimbang.
8. Dukungan pada ibu secara psikologis dari suami, keluarga dan bidan
9. Sikap pelayanan, pengetahuan dan kesiapan petugas
10. Pelayanan pascanatal
KOMPOSISI KOLOSTRUM, ASI & SUSU SAPI SETIAP 100 ML
ZAT GIZI KOLOSTRUM ASI SUSU SAPI
Energi ( k. kal ) 58.0 70.0 65.0
Protein ( gr ) 2.3 0.9 3.4
Whey - 1 : 1.5 1 : 1.2
Kasein ( mg ) 140.0 187.0 -
Laktalbumin ( mg ) 218.0 161.0 -
Laktoferin ( mg ) 330.0 167.0 -
IgA ( mg ) 364.0 142.0 -
Laktosa ( gr ) 5.3 7.3 4.8
Lemak ( gr ) 2.9 4.2 3.9
Vitamin
Viitamin A ( ug ) 151.0 75.0 41.0
Vitamin B1 ( ug ) 1.9 14.0 13.0
Vitamin B2 ( ug ) 30.0 40.0 145.0
Asam nikotinik(ug) 75.0 160.0 82.0
Vitamin B6 ( ug ) - 12.0-15.0 64.0
Asam pantotenik(ug) 188.0 246.0 340.0
Biotin ( ug ) 0.06 0.6 2.8
Asam Folat ( ug ) 0.05 0.1 0.13
Vitamin B12 ( mg ) 0.05 0.1 0.6
Vitamin C ( mg ) 5.9 5.0 1.1
Vitamin D ( ug ) - 0.04 0.02
Vitamin E (ug ) 1.5 0.25 0.07
Vitamin K ( ug ) - 1.5 6.0
Mineral
Kalsium ( mg ) 39.0 35.0 130.0
Klorin ( mg ) 8.5 40.0 108.0
Tembaga ( mg ) 40.0 40.0 14.0
Zat besi ( mg ) 70.0 100.0 70.0
Magnesium ( mg ) 4.0 4.0 12.0
Fosfor ( mg ) 14.0 15.0 120.0
Porassium ( mg ) 74.0 57.0 145.0
Sodium ( mg ) 48.0 15.0 58.0
Sulfur ( mg ) 22.0 14.0 30.0
Sumber : Food and Nutrition Board, National Research Council Washington DC 1980
PENUTUP
Mernyusui merupakan cara yang ideal bagi ibu untuk memberikan kasih sayang pada anaknya dan cara terbaik memenuhi kebutuhan gizi bayi. Dengan menyusui, hubungan batin yang hangat antara ibu dan bayi akan terjalin erat. Sewaktu menyusu dan berada dalam dekapan ibu, bayi merasakan sentuhan kulit ibu yang lembut dan hangat serta mendengan detak jantung ibu yang akan memberikan rasa aman dan tentram. Kelekatan antara ibu dan bayinya sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan pribadi bayi kelak. Jika ibu selalu ada jika dibutuhkan akan menimbulkanrasa lekat. Ini akan membuat percaya pada orang lain dan menumbuhkan percaya diri. Anak yang mendapat kasih sayang dari ibu juga akan memiliki potensi mengasihi orang lain.
Afeksi yang tumbuh pada diri anak melalui proses menyusui akan menjadi dasar perkembangan emosi yang hangat pada diri anak terhadap dunia sekelilingnya. Dengan demikian, proses menyusui merupakan stimulasi yang penting untuk perkembangan mental, kecerdasan dan sosial emosi anak. Hal ini penting untuk pertumbuhan psikologis yang sehat. Sealain itu juga ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal.
Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan bayinya agar dapat sukses dalam memberikan yang terbaik.
REFERENSI
• Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum, Pusdiknakes WHO, JHIPIEGO 2001
• Perawatan Ibu Paska Melahirkan, Mellyna Huliana Amd. Keb.
• Manajemen Laktasi, Depkes RI 1992
• Modul Pelatihan Tatalakasana Ibu Hamil, Bersalin dan BBL, PERINASIA Cab, Jawa Barat 2001.
• Myles Texbook for Midwifery, V. ruth Bennet & Linda 1999
PENDAHULUAN
Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya anatara lain ibu tidak memproduduksi cukup ASI atau bayinya tidak mau menghisap. Sesungguhnya hal ini tidak disebabkan kerena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu kurang percaya diri bahwa Asi-nya cukup untuk bayinya. Disamping itu cara-cara menyusui yang tidak baik dan tidak benar dapat menimbulkan gangguan pada putting susu ibu.
Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui menyebabkan ibu-ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada pemberian susu formula atau yang lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi ibu-ibu tidak menyusui bayinya terutama yang berdomisili di perkotaan antara lain adalah :
• Kurangnya dukungan dari keluarga untuk menyusui seperti yang dialami ibu-ibu di pedesaan. Di perkotaan ibu-ibu banyak memperoleh informasi tentang penggunaan susu formula.
• Ibu-ibu di perkotaan rata-rata melahirkan di Rumah sakit atau di Rumah bersalin yang tidak menganjurkan menyusui dan tidah menerapkan pelayan rawat gabung serta tidak menyediakan fasilitas Klinik laktasi.
• Pengaruh kemajuan teknologi dan perubahan sosial budaya mengakibatkan ibu-ibu diperkotaan rata-rata bekerja diluar rumah dan makin meningkat daya belinya mereka menganggap lebih praktis membeli dan memberikan susu formula daripada menyusui.
Di daerah pedesaan rata-rata ibu menyusui bayi mereka, namun hasil penelitian menunjukan pengaruh kebiasaan yang kurang menunjang pamanfaatan ASI secara optimal, seperti pemberian pralaktal, pemberian makanan/minuman pengganti ASI karena ASI belum keluar untuk hari-hari pertama setelah melahirkan.
Jenis makanan tersebut dapat membahayakan kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk merangsang produksi ASI sedini mungkin melalui hisapan bayi pada payudara ibu.
Penelitian menunjukan peningkatan penggunaan susu formula. Jumlah ibu-ibu yang memberikan ASI pada bayi usia 0-3 bulan di perkotaan sebanya 47%. Sedangkan di pedesaan sebanyak 55 %.
Beberapa alasan ibu-ibu menghentikan pemberian ASI kepada bayi adalah:
• Produksi ASI kurang (32%)
• Ibu bekerja (16%)
• Ingin dianggap modern (4%)
• Masalah pada putting susu (28%)
• Pengaruh iklan pada susu formula (16%)
• Pengaruh orang lain terutama keluarga (4%)
Oleh karena itu dukungan untuk pemberian ASI sangat diperlukan dari keluarga , masyarakat dan petugas kesehatan untuk menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas .
PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI
A. Anatomi Fisiologi Payudara
1) Anatomi dan Fisiologi Payudara
Payudara disebut Glandulla Mammae, berkembang sejak usia janin 6 minggu dan membesar karena pengaruh hormon ibu yang tinggi yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen meninggkatkan pertumbuhan duktus-duktus dan saluran penampung. Prosesteron merangsang pertumbuhan tunas-tunas alveoli. Hormon-hormon lain seperti prolaktin, growth hormon, adenokostikosteroid. dan tiroid juga diperlukan dalam kelenjar air susu.
Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Diameter payudara sekitar 10-12 cm. Pada wanita yang tidak hamil berat rata-r4ata sekitar 200 gram, tergantung individu. Pada akhir kehamilan beratnya berkisar 400-600 gram, sedangkan pada waktu menyusui beratnya mencapai 600-800 gram.
Besarnya payudara setiap wanita berbeda, tidak menjadi ukuran banyaknya ASI yang di produksi. Payudara terbagi 3 bagian:
1. Korpus ( badan ) yaitu bagian yang besar
2. Areola yaitu bagian tengah yang berwarna kehitaman
3. Papilla ( putting ) yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Struktur payudara terdiri dari 3 bagian yaitu :
a. Kulit
b. Jaringan subkutan ( jaringan di bawah kulit )
c. Corpus mammae terdiri dari :
o Parenkin : duktus laktiferus uktus), duktulus (duktuli), lobus,alveoli.
o Stroma
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap duktus bercabang-cabang menjadi
20-40 duktuli. Duktulus bercabang-cabang menjadi 10-100 alveolus yang berfungsi sebagai satu kasatuan kelenjar. Payudara merupakan kumpulan dari sejumlah kelenjar susu tunggal.
Masing-masing duktus akan membentuk lobus dan duktulus akan
membentuk lobulus. Duktulus dan duktus berpusat kearah puting susu.
Sebelum bermuara pada puting susu, masing-masing duktus melebar membentuk ampulla atau sinus yang akan berfungsi sebagai gudang air susu ibu. Sinus, duktus, dan alveolus dikelilingi oleh myoepitel yang dapat
berkontraksi untuk memompa ASI. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang memberi zat-zat gizi pada sel-sel kelenjar air susu untuk proses pembentukan atau sintesis air susu ibu.
Bagian stroma mdari payudara tersusun dari bagian-bagian berikut
1. Jaringan ikat
2. Jaringan lemak
3. Pembuluh darah
4. Syaraf
5. Pembuluh limpa
Puting susu dan areola (daerah sekitar puting susu yang berpigmentasi lebih) adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting susu dan areola terdapat ujung-ujung syaraf peraba yang penting pada proses refleks saat menyusui. Puting susu mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusu. Dengan cekapan bibir bayiyang menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluar dengan lancar.
Pada umumnya putting susu menonjol keluar. Meskipun demikian, kadang dijumpai putting yang panjang, datar (flat nipples), atau masuk ke dalam (inverted nipples). Namun, bentuk putting tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi. Hal terpenting adalah bahwa putting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan seperti dot ke dalam mulut bayi. Kadang-kadang terdapat pula putting yang tidak lentur, terutama pada bentuk yang terbenam sehingga butuh penanganan khusus, ibu dengan kondisi seperti itu perlu mendapatkan perawatan payudara sejak sebelum masa laktasi.
Pada ujung putting susu terdapat 15-25 muara lobus (duktus laktiferus), sedangkan areola mengandung sejumlah kelenjar, misalnya Kelenjar Montgory yang berfungsi sebagai kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar putting tetap lunak dan lentur.
2) Fisiologi Laktasi
Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibanding dengan yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan laktasi mempunyai hubungan dengan makanan, faktor endokrin, dan faktor fisiologi. Laktasi mempunyai dua pengertian berikut ini :
1. Pembentukan / produksi air susu
2. Pengeluaran air susu
Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai besarnya. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya kelenjar payudara proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel- kelenjar pembuatan air susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormon yang dihasilkan plasenta yaitu laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan progesteron. Selain itu, perubahan tersebut juga disebabkan bertambah lancarnya peredaran darah pada payudara.
Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung putting keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi (keluarnya) cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Keadaan tersebut adalah normal, meskipun cairan yang dihasilkan tidak berlebihan sebab meskipun kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu juga dihambat oleh hormon estrogen.
Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin dan estrogen. Oleh karena itu, air susu ibu segera keluar. Biasanya, pengeluaran air susu dimulai pada hari kedua atau ketiga setelah kelahiran. Setelah persalinan, segera susu-kan bayi karena akan memacu lepasnya prolaktin dari hipofise sehingga pengeluaran air susu bertambah lancar. Dua hari pertama pasca persalinan, payudara kadang-kadang terasa penuh dan sedikit sakit. Keadaan yang disebut engorgement disebabkan oleh bertambahnya peredaran darah ke payudaran serta mulainya laktasi yang sempurna.
3) Refleks pada laktasi
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi. Refleks yang terjadi pada ibu, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran (let down reflex). Kedua refleks ini bersumber dari rangsangan putting susu akibat isapan bayi. Adapun refleks pada bayi, yaitu refleks menangkap (rooting refleks), refleks mengisap, dan refleks menelan. Refleks tersebut adalah dasar dari laktasi.
a. Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah.
Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air susu. Jadi, semakin sering bayi menyusu, semakin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise, sehingga semakin banyak air susu yang diproduksi oleh sel kelenjar. Prolaktin terdiri dari protein yang sangat kompleks dan belum dapat dibuat secara sintesis. Oleh karena itu, tindakan sering menyusui bayi merupakan cara terbaik untuk mendapatkan air susu yang banyak.
b. Refleks Aliran
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai bagian belakang kelenjar hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam darah. Oksitosin akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu.
Dengan demikian, sering menyusui sampai payudara terasa kosong sangat penting agar tidak terjadi pembendungan pada payudara. Pembendungan pada payudara akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit. Tidak jarang, mengakibatkan payudara mudah terkena infeksi. Kadang-kadang, tekanan akibat kontraksi otot-otot polos tersebut begitu kuat sehingga air susu menyembur keluar. Hal ini dapat menyebabkan bayi tersedak. Keluarnya air susu karena kontraksi otot polos tersebut disebut refleks aliran.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos rahim berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding rahim dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir harus segera disusukan pada ibunya jika keadaan memungkinkan. Dengan seringnya menyusui, penciutan rahim akan semakin cepat dan makin baik. Perlu ibu ketahui, tidak jarang perut ibu terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui. Hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya rahim pada bentuk semula.
Refleks aliran dipengaruhi oleh keadaan kejiwaan ibu, Rasa khawatir dan rasa sakit (misalnya luka jahitan) yang dirasakan ibu dapat menghambat refleks tersebut. Diduga, hal tersebut menyebabkan lepasnya adrenalin yang menghambat oksitosin tidak dapat mencapai otot polos. Dengan demikian, tidak ada rangsangan kontraksi dari otot polos.
c. Refleks Menangkap (Rooting Reflex)
Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Jika bibirnya dirangsang atau disentuh, bayi akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu. Keadaan tersebut dikenal dengan istilah reflaks menangkap.
d. Refleks Mengisap.
Reflaks mengisap pada bayi akan timbul jika putting merangsang langit-langit (palatum) dalam mulutnya. Untuk dapat merangsang langit-langit bagian belakan secara sempurna, sebagian besar areola harus tertangkap oleh mulut (masuk ke dalam mulut) bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan oleh gusi, lidah, serta langi-langit sehingga air susu diperas secara sempurna ke dalam mulut bayi.
e. Refleks Menelan
Air susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan sebagai pernyataan reflaks menelan dari bayi. Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan putting susu dan areola untuk mengisi rongga mulut. Oleh karena itu, sebagian besar areola harus ikut ke dalam mulut. Lidah bayi akan menekan ASI keluar dari sinus laktiferus yang berada di bawah areola.
Mekanisme menyusu pada payudara berbeda dengan mekanisme minum dengan botol ayau dot. Dot memiliki karet panjang yang tidak perlu diregangkan sehingga bayi tidak perlu mengisap kuat. Jika bayi telah diajarkan minum dari botol/dot, akan timbul kesulitan menyusu pada ibunya. Ia akan mencoba mengisap, seperti halnya mengisap dot. Pada keadaan ini, ibu dan bayi perlu bantuan untuk belajar proses ini dengan baik dan benar.
Berikut mekanisme menyusu pada ibu :
• Bibir bayi menangkap putting selebar areola.
• Lidah menjulur ke depan untuk menangkap putting.
• Lidah ditarik mundur untuk membawa putting menyentuh langit-langit dan areola di dalam mulut bayi.
• Timbul refleks mengisap pada bayi dan refleks aliran pada ibu.
Berikut mekanisme menyusu menggunakan dot :
o Bibir terbuka untuk menerima putting dari dot dan otot-otot pipi mengendor.
o Putting karet terletak di atas lidah, menyentuh langit-langit lunak.
o Lidah bergerak ke depan untuk menekan putting karet pada gusi dan langit-langit sedemikian rupa untuk mengatur aliran susu.
Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI :
• MotivaSi diri dan dukungan suami/keluarga untuk menyusui bayinya sangat penting.
• Adanya pembengkakan payudara karena bendungan ASI.
• Pengosongan ASI yang tidak teratur.
• Kondisi status gizi ibu yang buruk dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI.
• Ibu yang lelah atau kurang istirahat /stress /sakit.
Oleh karena itu, hindari faktor-faktor di atas dengan lebih meningkatkan percaya diri, melakukan perawatan payudara secara rutin, serta lebih sering menyusui tanpa dijadwal sesuai kebutuhan bayinnya. Semakin sering bayi menyusu dan semakin kuat daya isapnya, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak.
Produksi ASI selalu berkesinambungan. Setelah payudara disusukan, ASI akan terasa kosong dan payudara melunak. Pada keadaan ini ibu tetap tidak akan kekurangan ASI karena ASI akan terus diproduksi, asal bayi tetap mengisap serta ibu cukup makan dan minum. Selain itu ibu mempunyai keyakinan mampu memberikan ASI pada bayinya. Dengan demikian, ibu dapat menyusui bayinya secara eksklusif murni selama 4-6 bulan dan tetap memberikan ASI sampai anak berusia dua tahun untuk mendapatkan anak yang sehat dan cerdas.
B. Dukungan Bidan Dalam Memberikan ASI
1. Yakinkan ibu bahwa ibu dapat menyusui, dan ASI adalah yang terbaik untuk bayinya serta ibu dapat memproduksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi dan tidak tergantung pada besar kecilnya payudara ibu.
2. Memastikan bayi mendapat ASI yang cukup
3. Membantu ibu mengembangkan keterampilan dalam menyusui.
4. Ibu mengetahui setiap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya dan mengerti bahwa perubahan tersebut normal.
5. Ibu mengetahui dan mengerti akan pertumbuhan dan perilaku bayi dan bagaimana seharusnya menghadapi dan mengatasinya.
6. Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
7. Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam pertama. Ini penting sekali untuk membina hubungan/ikatan disamping bagi pemberian ASI. Bayi yang normal berada dalam keadaan bangun dan sadar selama beberapa jam pertama sesudah lahir. Kemudian mereka akan memasuki suatu masa tidur pulas. Penting untuk membuat bayi menerima ASI pada waktu masih terbangun tersebut. Seharusnya dilakukan perawatan mata bayi pada jam pertama sebelum atau sesudah bayi menyusui untuk pertama kalinya. Buatlah bayi merasa hangat dengan membaringkannya dan menempel pada kulit ibunya dan menyelimuti mereka. Jika mungkin dilakukan ini paling sedikit 30 menit, karena pada saat itulah kebanyakan bayi siap menyusui.
10
8. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul. Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu bersih untuk mencegah kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Ini juga mencegah luka pada putting susu dan infeksi pada payudara. Seorang ibu harus mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui bayinya. Ibu juga harus mencuci tangan sesudah membuang air kecil atau air besar atau menyentuh sesuatu yang kotor.
Ibu harus membersihkan payudaranya dengan air bersih satu kali sehari, tidak boleh mengoleskan krim, minyak, alkohol atau sabun pada putting susunya.
9. Bantulah ibu waktu pertama kali memberi ASI.
Posisi menyusui yang benar disini adalah penting.
- Berbaring miring. Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri
- Duduk. Penting untuk memberikan topangan / sandaran pada
punggung ibu dalam posisinya tegak lurus (90’) terhadap
pangkuannya.
Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara.
a. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
b. Mulut dan dagunya berdekatan denga payudara.
c. Areola tidak akan bisa terlihat denga jelas.
d. Anda dapat melihat bayi melakukan hisapan yang lamban dan dalam, dan
e. menelan ASI-nya.
f. Bayi terlihat tenang dan senang.
g. Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada putting susu.
10. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat gabung, rooming in). Dengan demikian ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Ibu harus belajar mengenali tanda-tanda yang menunjukan bahwa bayinya lapar. Bila ibu terpisah tempatnya dari bayi maka ibu akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda tersebut.
11. Memberikan ASI sesering mungkin.
Biasanya bayi baru lahir minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Selama 2 hari pertama sesudah lahir beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI pada bayi dengan cara membangunkannya selama siklus tidurnya setia 2-3 jam.
12. Memberikan Kolostrum dan ASI saja
Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI ibunya, karena ibu memproduksi ASI tergantung pada seberapa banyak ASI dihisap oleh bayi. Makin banyak ASI yang dihisap oleh bayi makin banyak produksi ASI ibu.
13. Hindari susu botol dan dot empeng.
Susu botol dan dot empeng membuat bayi bingung putting karena mekanisme menghisap botol dandot empeng berbeda dari mekanisme menghisap putting susu pada ibunya.
14. Mendukung suami dan keluarga yang mengerti bahwa ASI dan menyusui paling baik untuk bayi, untuk memberikan dorongan yang baik bagi ibu agar lebih berhasil dalam menyusui
15. Peran petugas kesehatan sangat penting dalam membantu ibu-ibu menyusui yang mengalami hambatan dalam menyusui.
16. Imflikasi kode WHO, yaitu a.l : melarang promosi PASI, melarang pemberian sample PASI, bidan tidak boleh menerima hadiah dari produsen PASI, mencantumkan komposisi dan mencantumkan bahwa ASI adalah yang terbaik, petugas harus mendukung pemberian ASI,
C. Manfaat Pemberian ASI
1. Manfaat bagi bayi
1) ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi, mengandung
protein yang spesipik untuk perlindungan terhadap alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh
2) Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protei, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang.
3) ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit.
4) Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan ideal.
5) ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi.
6) Secara alamiah ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia kelahiran bayi.
7) ASI bebas kuman karena diberikan langsung dari payudara sehingga kebersihannya terjamin.
8) ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan.
9) Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu mengurangi insiden maloklusi dan membentu otot pipi yang baik.
10) ASI memberikan keuntungan psikologis.
11) Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
2. Manfaat Untuk Ibu.
1) Aspek kesehatan ibu.
a. Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk semula dan mengurangi perdarahan post partum karena isapan bayi pada payudara akan merangsang kelenjar hipopise untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin bekerja untuk kontraksi saluran ASI pada kelenjar air susu dan merangsang kontraksi uterus
b. Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan mempercepat kehilangan lemak.
c. Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian karsinoma payudara dan karsinoma ovarium.
d. Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai sehingga dapat diberikan kapan dan dimana saja.
2) Aspek Keluarga Berencana
Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda kesuburan.
3) Aspek Psikologis
Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.
3. Manfaat Untuk Keluarga
a. Aspek Ekonomi
• Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli
• Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak mudah terkena infeksi
b. Aspek Psikologis
Memberikan kebahagian pada keluarga dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c. Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan setiap saat.
4. Manfaat Untuk Negara
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
Faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik, karena ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi.
b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
Subsidi untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi serta mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial.
c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula.
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional, jika semua ibu menyusui dapat menghemat devisa yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
D. Komposisi Gizi Dalam ASI
1. Lemak
Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI dengan kadar 3,5%-4,5%. Lemak mudah diserap oleh bayi karena enzim lipase yang terdapat dalam sistem pencernaan bayi dan ASI akan mengurai Trigliserida menjadi Gliserol dan Asam Lemak. Keunggulan lemak ASI mengandung asam lemak esensial yaitu Docosahexaenoic Acid (DHA) Arachionoic Acid (AA) berguna untuk pertumbuhan otak. Kadar kolesterol dalam ASI lebih tinggi karena untuk merangsang enzim protektif yang membuat metabolisme kolesterol menjadi efisien.
2. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalamASI adalah laktose dengan kadar 7 gram %. Laktose mudah terurai menjadi Glukose dan Galaktose oleh enzim Laktose yang terdapat dalam mukosa saluran pencernaan bayi sejak lahir. Laktose juga bermanfaat untuk mempertinggi absofsi Kalsium dan merangsang pertumbuhan Laktobasilus Bifidus.
3. Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey kadarnya 0,9 %. Selain itu
terdapat dua macam asam amino yaitu sistin dan taurin. Sistin diperluka untuk pertumbuhan somatik sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak
4. Garam dan Mineral.
- Zat Besi
Jumlah zat besi dalam ASI termasuk sedikit tetapi mudah diserap. Zat besi berasal dari persediaan zat besi sejak bayi lahir, dari pemecahan sel darah merah dan dari zat besi yang terkandung dalam ASI. Dengan ASI bayi jarang kekurangan zat besi
- Seng
Seng diperlukan untuk pertumbuhan perkembangan dan imunitas, juga diperlukan untuk mencegah penyakit akrodermatitis enteropatika (penyakit kulit dan sistim pencernaan)
5. Vitamin
- Vitamin K
Berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah.
- Vitamin E
Banyak terkandung dalam kolostrum.
- Vitamin D
Berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi.
6. Zat Protektif
- Imunoglobulin
Semua jenis imunoglobulin terdapat dalam ASI, seperti IgA, IgG, IgM, IgD, dan IgE yang berguna untuk imunitas terhadap penyakit.
- Lisosi
Enzim lisosim dalam ASI berfungsi untuk memecah dinding bakteri dan antiinflamasi.
- Laktoperoksidase
Enzim ini beserta dengan peroksidase hidrogen dan ion tioksinat membantu membunuh streptokokus.
- Lactobasillus bifidus
Lactobasilus bifidus berfungsi mengubah laktose menjadi asam laktat dan asam asetat, menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan mokroorganisme patogen.
- Lactoferin dan trasferin
Kedua zat ini merupakan peotein dalam ASI yang berfungsi menghambat pertumbuhan stapilokokus dan E.coli , dengan cara mengikat zat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya sehingga kuman tersebut tidak mendapatkan zat besi.
- Komplemen C3 dan C4
Komplemen C3 dan C4 berguna sebagai faktor pertahanan.
- Sel makrofag
Sel makrofag berfungsi membunuh kuman dan membentuk kimplemen C3, C4, lisosim serta lactoferin.
- Lipase : Lipase merupakan zat anti virus
E. Upaya Memperbanyak ASI
1. Bimbingan prenatal
2. Perawatan payudara dan putting susu sedini mungkin dimulai sejak kehamilan trisemester III.
3. Menyusui sedini mungkin segera setelah melahirkan.
4. Menyusui on demand yaitu menyusui sesering mungkin sesuai dengan kehendak bayi tanpa dijadwal.
5. Menyusui dengan posisi yang benar.
6. Memberikan ASI ekslusif
7. Pemberian gizi pada ibu hamil dengan baik dan seimbang.
8. Dukungan pada ibu secara psikologis dari suami, keluarga dan bidan
9. Sikap pelayanan, pengetahuan dan kesiapan petugas
10. Pelayanan pascanatal
KOMPOSISI KOLOSTRUM, ASI & SUSU SAPI SETIAP 100 ML
ZAT GIZI KOLOSTRUM ASI SUSU SAPI
Energi ( k. kal ) 58.0 70.0 65.0
Protein ( gr ) 2.3 0.9 3.4
Whey - 1 : 1.5 1 : 1.2
Kasein ( mg ) 140.0 187.0 -
Laktalbumin ( mg ) 218.0 161.0 -
Laktoferin ( mg ) 330.0 167.0 -
IgA ( mg ) 364.0 142.0 -
Laktosa ( gr ) 5.3 7.3 4.8
Lemak ( gr ) 2.9 4.2 3.9
Vitamin
Viitamin A ( ug ) 151.0 75.0 41.0
Vitamin B1 ( ug ) 1.9 14.0 13.0
Vitamin B2 ( ug ) 30.0 40.0 145.0
Asam nikotinik(ug) 75.0 160.0 82.0
Vitamin B6 ( ug ) - 12.0-15.0 64.0
Asam pantotenik(ug) 188.0 246.0 340.0
Biotin ( ug ) 0.06 0.6 2.8
Asam Folat ( ug ) 0.05 0.1 0.13
Vitamin B12 ( mg ) 0.05 0.1 0.6
Vitamin C ( mg ) 5.9 5.0 1.1
Vitamin D ( ug ) - 0.04 0.02
Vitamin E (ug ) 1.5 0.25 0.07
Vitamin K ( ug ) - 1.5 6.0
Mineral
Kalsium ( mg ) 39.0 35.0 130.0
Klorin ( mg ) 8.5 40.0 108.0
Tembaga ( mg ) 40.0 40.0 14.0
Zat besi ( mg ) 70.0 100.0 70.0
Magnesium ( mg ) 4.0 4.0 12.0
Fosfor ( mg ) 14.0 15.0 120.0
Porassium ( mg ) 74.0 57.0 145.0
Sodium ( mg ) 48.0 15.0 58.0
Sulfur ( mg ) 22.0 14.0 30.0
Sumber : Food and Nutrition Board, National Research Council Washington DC 1980
PENUTUP
Mernyusui merupakan cara yang ideal bagi ibu untuk memberikan kasih sayang pada anaknya dan cara terbaik memenuhi kebutuhan gizi bayi. Dengan menyusui, hubungan batin yang hangat antara ibu dan bayi akan terjalin erat. Sewaktu menyusu dan berada dalam dekapan ibu, bayi merasakan sentuhan kulit ibu yang lembut dan hangat serta mendengan detak jantung ibu yang akan memberikan rasa aman dan tentram. Kelekatan antara ibu dan bayinya sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan pribadi bayi kelak. Jika ibu selalu ada jika dibutuhkan akan menimbulkanrasa lekat. Ini akan membuat percaya pada orang lain dan menumbuhkan percaya diri. Anak yang mendapat kasih sayang dari ibu juga akan memiliki potensi mengasihi orang lain.
Afeksi yang tumbuh pada diri anak melalui proses menyusui akan menjadi dasar perkembangan emosi yang hangat pada diri anak terhadap dunia sekelilingnya. Dengan demikian, proses menyusui merupakan stimulasi yang penting untuk perkembangan mental, kecerdasan dan sosial emosi anak. Hal ini penting untuk pertumbuhan psikologis yang sehat. Sealain itu juga ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal.
Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan bayinya agar dapat sukses dalam memberikan yang terbaik.
REFERENSI
• Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum, Pusdiknakes WHO, JHIPIEGO 2001
• Perawatan Ibu Paska Melahirkan, Mellyna Huliana Amd. Keb.
• Manajemen Laktasi, Depkes RI 1992
• Modul Pelatihan Tatalakasana Ibu Hamil, Bersalin dan BBL, PERINASIA Cab, Jawa Barat 2001.
• Myles Texbook for Midwifery, V. ruth Bennet & Linda 1999
0 komentar:
Post a Comment