AMANDEL BISA MENURUNKAN KECERDASAN
>> Saturday, January 23, 2010
AMANDEL BISA MENURUNKAN KECERDASAN
Jika amandel terlalu besar dan tak dioperasi, akan mengganggu perkembangan anak. Selain menurunkan kecerdasan, juga bisa timbul komplikasi tak ringan, bahkan menularkan penyakit pada orang lain.
Kita sering mendengar tentang penyakit amandel, entah dari cerita ibu-ibu, teman kerja, kerabat, atau yang lain. Katanya, jika anak sering minum es, makan cokelat, dan sebagainya, nanti bisa kena penyakit amandel. Kalau sudah begitu, biasanya anak jadi bodoh, tak mau makan, sering demam, sering nyeri menelan. Katanya lagi, untuk sembuh harus dioperasi.
Tanggapan orang tua pun beragam bila anaknya dicurigai kena penyakit amandel. Ada yang tak peduli dan menganggap sepele, ada pula yang langsung panik. Sebenarnya, apa, sih, penyakit amandel? Benarkah penyakit ini bisa membuat anak jadi bodoh? Bagaimana pula penangannya? Nah, berikut ini penjelasan ahlinya, dr. H. Djoko Srijono Sp.THT dari RSIA Hermina Jatinegara Jakarta. Yuk, kita simak bersama!
PENGENAL JENIS KUMAN
Amandel atau dalam istilah ilmu kedokteran disebut tonsil adalah bagian dari organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong menyerupai bakso, melekat pada dinding kanan-kiri dari tenggorok. Jadi, di tenggorok ada dua buah amandel. Jika si kecil diminta membuka mulutnya lebar-lebar, kita bisa melihat amandel itu di tenggorok.
Sebenarnya masih ada satu amandel lagi yang disebut adenoid, terletak di rongga belakang hidung. Tentu kita tak bisa melihatnya secara langsung karena letaknya yang tersembunyi.
Setiap anak pasti punya amandel karena memang diperlukan oleh tubuh. Pasalnya, amandel merupakan bagian dari sistem yang membentuk kekebalan tubuh manusia (sistem imunitas). Pada bayi baru lahir, kekebalan tubuhnya masih sangat lemah, karena kekebalan yang diwariskan ibunya amat sedikit. Hingga, untuk pertahanan tubuhnya, bayi harus membentuk kekebalannya sendiri yang disesuaikan dengan jenis-jenis penyakit yang ada di lingkungan
sekitarnya.
Biasanya sebagian besar penyakit yang akan menyerang manusia ditularkan lewat udara pernafasan atau makanan. Nah, baik udara pernafasan maupun makanan yang masuk ke tubuh manusia, keduanya pasti lewat tenggorok dimana di sana terletak amandel. Di sinilah amandel berfungsi sebagai radar atau sensor untuk mengenali jenis kuman yang masuk ke dalam tubuh bersama udara atau makanan.
Selanjutnya tubuh akan membuat kekebalan sesuai informasi yang diberikan oleh amandel, disebut imuno-globulin. Mungkin Ibu dan Bapak pernah mendengar istilah IgA (imuno-globulin A), IgG, IgM. Itulah sistem kekebalan yang dibentuk oleh tubuh anak untuk menghadapi penyakit yang akan menyerangnya. Jadi, pada saat kanak-kanak, amandel diperlukan untuk giat bekerja. Tak heran bila akan terlihat amandelnya besar.
KECERDASAN MENURUN
Yang jadi masalah, jika amandelnya terlalu besar (hipertropi) karena berarti sudah merupakan penyakit. Sebab, amandel yang terlalu besar akan menghalangi makanan dan udara yang lewat tenggorok. Padahal, makanan yang cukup diperlukan untuk pertumbuhan badan anak dan organ tubuh; sedangkan otak juga perlu oksigen yang cukup dari udara pernapasan untuk keperluan metabolisme.
Amandel yang menghalangi jalan makanan akan menunjukkan gejala sulit makan pada anak. Jika dipaksakan, ia muntah. Tentunya, kalau anak sulit makan, pertumbuhan tubuhnya akan terhambat. Hingga, bila dibandingkan dengan anak lain seusianya, akan terlihat lebih kecil.
Sedangkan amandel yang menghalangi jalan napas, menunjukkan gejala mendengkur pada anak saat tidur. Bahkan yang berat, anak tiba-tiba terbangun dan tergagap-gagap saat tidur lelap akibat sulit bernafas. Hal ini terjadi karena saat tidur lelap, otot-otot tenggorok menjadi sangat rileks hingga amandel yang sudah terlalu besar itu akan menutup tenggorok secara total. Akibatnya, jalan napas pun tertutup.
Nah, tertutupnya jalan napas ini selain menimbulkan gejala tadi, juga menyebabkan anak kekurangan oksigen. Akibatnya, jaringan tubuh dan otak tak bisa berfungsi maksimal. Itu sebab, anak yang amandelnya terlalu besar akan terlihat lesu, lemas, kurang afktif, dan suka mengantuk. Daya pikirnya pun akan terganggu lantaran otaknya tak bisa berfungsi maksimal, hingga kecerdasannya bisa menurun.
SARANG INFEKSI
Selain amandel yang terlalu besar, amandel juga bisa menjadi sarang infeksi atau dalam ilmu kedokteran disebut fokal infeksi. Bila dilihat dengan mikroskop, pada amandel terdapat banyak kantong-kantong yang disebut kripte. Kripte ini dilapisi oleh kulit yang tebal. Nah, penyakit yang terbawa udara atau makanan dapat masuk dan bersarang di sana hingga menjadi sarang infeksi.
Dengan demikian, jika badan lemah- -mungkin akibat badan lelah, makan es batu atau makanan lain yang merangsang-, sarang infeksi di amandel akan menyebarkan bakteri ke sekitarnya, hingga terjadilah infeksi akut. Anak menjadi demam, nyeri tenggorok, batuk, dan tak mau makan. Hal ini akan selalu terjadi berulang walaupun telah berobat secara rajin ke dokter. Mengapa? Karena memang sarang penyakitnya ada di amandel.
OPERASI YANG TERBAIK
Untuk amandel yang membesar, sampai sekarang belum ada obat yang mampu mengecilkannya. Begitu pula amandel yang menjadi sarang infeksi, antibiotik juga tak dapat membasmi. Antibiotik, kan, biasanya diminum, lalu beredar ke seluruh tubuh, baru kemudian sampai ke amandel. Nah, di amandel, antibiotik tak dapat menembus kulit kripte yang tebal hingga sarang infeksi di dalamnya tak dapat terbasmi.
Jadi, dapat disimpulkan jalan terbaiknya adalah operasi. Sekali dioperasi amandel tak akan tumbuh lagi. Dengan demikian, tak ada lagi hambatan terhadap jalan napas dan makanan. Sarang infeksi pun terbasmi.
Biasanya operasi dilakukan saat penyakitnya tenang. Jika masih dalam keadaan infeksi akut, dokter akan mengobatinya dulu dengan antibiotik sampai penyakitnya tenang.
Operasi amandel sebenarnya sederhana saja. Anak akan dibius dan amandelnya diambil dengan cara dikelupas (disseksi), tanpa dilakukan irisan dengan pisau. Waktu yang diperlukan untuk operasi pun tak lama, kurang lebih 20-30 menit. Penyembuhan biasanya juga cepat, pada anak kurang lebih 3-7 hari, pada orang dewasa 7-14 hari.
TAK MEMPENGARUHI KEKEBALAN
Kendati amandel amat diperlukan tubuh, namun tak akan mempengaruhi kekebalan tubuh anak jika amandelnya dioperasi. Jadi, bukan berarti setelah amandelnya dibuang, si kecil lantas tak punya kekebalan lagi, lo.
Pasalnya, kala bayi baru lahir (yang sistem kekebalannya masih rendah), amandel bersama sistem tubuh yang lain aktif bekerja membentuk kekebalan tubuh. Sedikit demi sedikit sampai akhirnya mencapai kadar normal pada kira-kira usia 3 tahun, dan di usia kurang lebih 5 tahun kadarnya telah berada di atas normal.
Karena kadar kekebalannya telah cukup, setelah usia 5 tahun fungsi amandel secara berangsur-angsur akan berkurang dan akhirnya memang tak diperlukan lagi. Ini terbukti dari pengamatan berlanjut, setelah anak usia 8 tahun, jika amandelnya tak bermasalah, maka secara perlahan-lahan amandelnya akan mengecil. Hingga, di usia kurang lebih 17 tahun, sering amandel susah dilihat lagi karena saking kecilnya. Namun bila amandelnya bermasalah, maka
amandelnya tak akan menghilang walaupun sampai dewasa.
Penelitian yang dilakukan pada anak yang dioperasi amandel di usia 5 tahun atau lebih juga menunjukkan, kadar kekebalan tubuhnya tak pernah menurun sampai di bawah normal. Artinya, operasi amandel yang dilakukan pada anak usia 5 tahun atau lebih adalah aman dan tak akan mempengaruhi kekebalannya.
BISA MENULAR
Jadi, Bu-Pak, jika amandel tak bermasalah, nantinya akan mengecil sendiri tanpa perlu dioperasi. Namun bila bermasalah, seperti sudah diuraikan di atas, akan menghambat jalan napas dan makanan karena amandelnya terlalu besar. Hingga, bila tak dioperasi, akan lebih besar kerugiannya daripada manfaatnya.
Belum lagi jika timbul komplikasi seperti abses pada amandel atau tenggorok (tonsil/peri tonsiler abses), congek (otitis media), sinusitis, bronchitis, dan sebagainya. Bahkan dapat menyerang organ penting tubuh lainnya yaitu jantung (penyakit jantung rematik) maupun ginjal (glomerulo nephritis akuta).
Selain itu, amandel dengan sarang infeksi dapat menularkan penyakit pada anak kepada teman atau saudara dekatnya. Penyebaran terjadi lewat udara pernapasannya. Jadi, bila penderita amandel dibiarkan tak diobati dengan benar, bukan tak mungkin dapat menular ke anggota keluarga yang lain, seperti adik atau kakaknya.
Dengan kata lain, jika amandel bermasalah dan dioperasi, akan jauh lebih menguntungkan bagi perkembangan anak yang optimal. Juga anggota keluarganya tentu karena tak akan tertular penyakit.
ADENOID MEMBUAT TULI
Pada adenoid, masalah yang kerap dijumpai juga ukurannya yang berkembang terlalu besar hingga menyumbat jalan napas lewat hidung. Akibatnya, anak jadi bernapas lewat mulut.
Bila ini berlangsung lama, terang dr. Djoko, akan mempengaruhi pertumbuhan wajah dan rahang atas. 'Langit-langit tumbuh lebih cekung ke atas, gigi rahang atas akan maju atau mronggos, dan mulut selalu terbuka hingga wajah anak terkesan seperti anak bodoh. Wajah demikian ini dinamai wajah adenoid.'
Selain itu, adenoid yang membesar juga akan mendesak saluran eustacheus hingga menjadi tersumbat. Akibatnya akan terbentuk cairan di ruang telinga tengah dan selanjutnya menyebabkan tuli ringan. Maka jangan heran bila anak dipanggil atau diajak bicara akan kurang memberikan respon.
Penanganannya juga harus melalui operasi. Caranya, dikerok lewat mulut tanpa diiris dengan pisau. Operasinya sering dilakukan bersama-sama dengan operasi amandel. (nakita)"
Jika amandel terlalu besar dan tak dioperasi, akan mengganggu perkembangan anak. Selain menurunkan kecerdasan, juga bisa timbul komplikasi tak ringan, bahkan menularkan penyakit pada orang lain.
Kita sering mendengar tentang penyakit amandel, entah dari cerita ibu-ibu, teman kerja, kerabat, atau yang lain. Katanya, jika anak sering minum es, makan cokelat, dan sebagainya, nanti bisa kena penyakit amandel. Kalau sudah begitu, biasanya anak jadi bodoh, tak mau makan, sering demam, sering nyeri menelan. Katanya lagi, untuk sembuh harus dioperasi.
Tanggapan orang tua pun beragam bila anaknya dicurigai kena penyakit amandel. Ada yang tak peduli dan menganggap sepele, ada pula yang langsung panik. Sebenarnya, apa, sih, penyakit amandel? Benarkah penyakit ini bisa membuat anak jadi bodoh? Bagaimana pula penangannya? Nah, berikut ini penjelasan ahlinya, dr. H. Djoko Srijono Sp.THT dari RSIA Hermina Jatinegara Jakarta. Yuk, kita simak bersama!
PENGENAL JENIS KUMAN
Amandel atau dalam istilah ilmu kedokteran disebut tonsil adalah bagian dari organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong menyerupai bakso, melekat pada dinding kanan-kiri dari tenggorok. Jadi, di tenggorok ada dua buah amandel. Jika si kecil diminta membuka mulutnya lebar-lebar, kita bisa melihat amandel itu di tenggorok.
Sebenarnya masih ada satu amandel lagi yang disebut adenoid, terletak di rongga belakang hidung. Tentu kita tak bisa melihatnya secara langsung karena letaknya yang tersembunyi.
Setiap anak pasti punya amandel karena memang diperlukan oleh tubuh. Pasalnya, amandel merupakan bagian dari sistem yang membentuk kekebalan tubuh manusia (sistem imunitas). Pada bayi baru lahir, kekebalan tubuhnya masih sangat lemah, karena kekebalan yang diwariskan ibunya amat sedikit. Hingga, untuk pertahanan tubuhnya, bayi harus membentuk kekebalannya sendiri yang disesuaikan dengan jenis-jenis penyakit yang ada di lingkungan
sekitarnya.
Biasanya sebagian besar penyakit yang akan menyerang manusia ditularkan lewat udara pernafasan atau makanan. Nah, baik udara pernafasan maupun makanan yang masuk ke tubuh manusia, keduanya pasti lewat tenggorok dimana di sana terletak amandel. Di sinilah amandel berfungsi sebagai radar atau sensor untuk mengenali jenis kuman yang masuk ke dalam tubuh bersama udara atau makanan.
Selanjutnya tubuh akan membuat kekebalan sesuai informasi yang diberikan oleh amandel, disebut imuno-globulin. Mungkin Ibu dan Bapak pernah mendengar istilah IgA (imuno-globulin A), IgG, IgM. Itulah sistem kekebalan yang dibentuk oleh tubuh anak untuk menghadapi penyakit yang akan menyerangnya. Jadi, pada saat kanak-kanak, amandel diperlukan untuk giat bekerja. Tak heran bila akan terlihat amandelnya besar.
KECERDASAN MENURUN
Yang jadi masalah, jika amandelnya terlalu besar (hipertropi) karena berarti sudah merupakan penyakit. Sebab, amandel yang terlalu besar akan menghalangi makanan dan udara yang lewat tenggorok. Padahal, makanan yang cukup diperlukan untuk pertumbuhan badan anak dan organ tubuh; sedangkan otak juga perlu oksigen yang cukup dari udara pernapasan untuk keperluan metabolisme.
Amandel yang menghalangi jalan makanan akan menunjukkan gejala sulit makan pada anak. Jika dipaksakan, ia muntah. Tentunya, kalau anak sulit makan, pertumbuhan tubuhnya akan terhambat. Hingga, bila dibandingkan dengan anak lain seusianya, akan terlihat lebih kecil.
Sedangkan amandel yang menghalangi jalan napas, menunjukkan gejala mendengkur pada anak saat tidur. Bahkan yang berat, anak tiba-tiba terbangun dan tergagap-gagap saat tidur lelap akibat sulit bernafas. Hal ini terjadi karena saat tidur lelap, otot-otot tenggorok menjadi sangat rileks hingga amandel yang sudah terlalu besar itu akan menutup tenggorok secara total. Akibatnya, jalan napas pun tertutup.
Nah, tertutupnya jalan napas ini selain menimbulkan gejala tadi, juga menyebabkan anak kekurangan oksigen. Akibatnya, jaringan tubuh dan otak tak bisa berfungsi maksimal. Itu sebab, anak yang amandelnya terlalu besar akan terlihat lesu, lemas, kurang afktif, dan suka mengantuk. Daya pikirnya pun akan terganggu lantaran otaknya tak bisa berfungsi maksimal, hingga kecerdasannya bisa menurun.
SARANG INFEKSI
Selain amandel yang terlalu besar, amandel juga bisa menjadi sarang infeksi atau dalam ilmu kedokteran disebut fokal infeksi. Bila dilihat dengan mikroskop, pada amandel terdapat banyak kantong-kantong yang disebut kripte. Kripte ini dilapisi oleh kulit yang tebal. Nah, penyakit yang terbawa udara atau makanan dapat masuk dan bersarang di sana hingga menjadi sarang infeksi.
Dengan demikian, jika badan lemah- -mungkin akibat badan lelah, makan es batu atau makanan lain yang merangsang-, sarang infeksi di amandel akan menyebarkan bakteri ke sekitarnya, hingga terjadilah infeksi akut. Anak menjadi demam, nyeri tenggorok, batuk, dan tak mau makan. Hal ini akan selalu terjadi berulang walaupun telah berobat secara rajin ke dokter. Mengapa? Karena memang sarang penyakitnya ada di amandel.
OPERASI YANG TERBAIK
Untuk amandel yang membesar, sampai sekarang belum ada obat yang mampu mengecilkannya. Begitu pula amandel yang menjadi sarang infeksi, antibiotik juga tak dapat membasmi. Antibiotik, kan, biasanya diminum, lalu beredar ke seluruh tubuh, baru kemudian sampai ke amandel. Nah, di amandel, antibiotik tak dapat menembus kulit kripte yang tebal hingga sarang infeksi di dalamnya tak dapat terbasmi.
Jadi, dapat disimpulkan jalan terbaiknya adalah operasi. Sekali dioperasi amandel tak akan tumbuh lagi. Dengan demikian, tak ada lagi hambatan terhadap jalan napas dan makanan. Sarang infeksi pun terbasmi.
Biasanya operasi dilakukan saat penyakitnya tenang. Jika masih dalam keadaan infeksi akut, dokter akan mengobatinya dulu dengan antibiotik sampai penyakitnya tenang.
Operasi amandel sebenarnya sederhana saja. Anak akan dibius dan amandelnya diambil dengan cara dikelupas (disseksi), tanpa dilakukan irisan dengan pisau. Waktu yang diperlukan untuk operasi pun tak lama, kurang lebih 20-30 menit. Penyembuhan biasanya juga cepat, pada anak kurang lebih 3-7 hari, pada orang dewasa 7-14 hari.
TAK MEMPENGARUHI KEKEBALAN
Kendati amandel amat diperlukan tubuh, namun tak akan mempengaruhi kekebalan tubuh anak jika amandelnya dioperasi. Jadi, bukan berarti setelah amandelnya dibuang, si kecil lantas tak punya kekebalan lagi, lo.
Pasalnya, kala bayi baru lahir (yang sistem kekebalannya masih rendah), amandel bersama sistem tubuh yang lain aktif bekerja membentuk kekebalan tubuh. Sedikit demi sedikit sampai akhirnya mencapai kadar normal pada kira-kira usia 3 tahun, dan di usia kurang lebih 5 tahun kadarnya telah berada di atas normal.
Karena kadar kekebalannya telah cukup, setelah usia 5 tahun fungsi amandel secara berangsur-angsur akan berkurang dan akhirnya memang tak diperlukan lagi. Ini terbukti dari pengamatan berlanjut, setelah anak usia 8 tahun, jika amandelnya tak bermasalah, maka secara perlahan-lahan amandelnya akan mengecil. Hingga, di usia kurang lebih 17 tahun, sering amandel susah dilihat lagi karena saking kecilnya. Namun bila amandelnya bermasalah, maka
amandelnya tak akan menghilang walaupun sampai dewasa.
Penelitian yang dilakukan pada anak yang dioperasi amandel di usia 5 tahun atau lebih juga menunjukkan, kadar kekebalan tubuhnya tak pernah menurun sampai di bawah normal. Artinya, operasi amandel yang dilakukan pada anak usia 5 tahun atau lebih adalah aman dan tak akan mempengaruhi kekebalannya.
BISA MENULAR
Jadi, Bu-Pak, jika amandel tak bermasalah, nantinya akan mengecil sendiri tanpa perlu dioperasi. Namun bila bermasalah, seperti sudah diuraikan di atas, akan menghambat jalan napas dan makanan karena amandelnya terlalu besar. Hingga, bila tak dioperasi, akan lebih besar kerugiannya daripada manfaatnya.
Belum lagi jika timbul komplikasi seperti abses pada amandel atau tenggorok (tonsil/peri tonsiler abses), congek (otitis media), sinusitis, bronchitis, dan sebagainya. Bahkan dapat menyerang organ penting tubuh lainnya yaitu jantung (penyakit jantung rematik) maupun ginjal (glomerulo nephritis akuta).
Selain itu, amandel dengan sarang infeksi dapat menularkan penyakit pada anak kepada teman atau saudara dekatnya. Penyebaran terjadi lewat udara pernapasannya. Jadi, bila penderita amandel dibiarkan tak diobati dengan benar, bukan tak mungkin dapat menular ke anggota keluarga yang lain, seperti adik atau kakaknya.
Dengan kata lain, jika amandel bermasalah dan dioperasi, akan jauh lebih menguntungkan bagi perkembangan anak yang optimal. Juga anggota keluarganya tentu karena tak akan tertular penyakit.
ADENOID MEMBUAT TULI
Pada adenoid, masalah yang kerap dijumpai juga ukurannya yang berkembang terlalu besar hingga menyumbat jalan napas lewat hidung. Akibatnya, anak jadi bernapas lewat mulut.
Bila ini berlangsung lama, terang dr. Djoko, akan mempengaruhi pertumbuhan wajah dan rahang atas. 'Langit-langit tumbuh lebih cekung ke atas, gigi rahang atas akan maju atau mronggos, dan mulut selalu terbuka hingga wajah anak terkesan seperti anak bodoh. Wajah demikian ini dinamai wajah adenoid.'
Selain itu, adenoid yang membesar juga akan mendesak saluran eustacheus hingga menjadi tersumbat. Akibatnya akan terbentuk cairan di ruang telinga tengah dan selanjutnya menyebabkan tuli ringan. Maka jangan heran bila anak dipanggil atau diajak bicara akan kurang memberikan respon.
Penanganannya juga harus melalui operasi. Caranya, dikerok lewat mulut tanpa diiris dengan pisau. Operasinya sering dilakukan bersama-sama dengan operasi amandel. (nakita)"
0 komentar:
Post a Comment